KLIKANGGARAN -- Bahasa merupakan alat komunikasi yang terus berkembang seiring zaman. Di tengah perkembangan teknologi dan budaya populer, muncullah bahasa gaul yang digunakan oleh berbagai kalangan, terutama generasi muda. Pertanyaannya kini: apakah bahasa gaul justru merusak Bahasa Indonesia, atau justru mengembangkannya?
Sebagian orang beranggapan bahwa bahasa gaul merusak tatanan bahasa yang sudah baku. Penggunaan kata-kata seperti “gue,” “lo,” “gak,” hingga singkatan seperti “btw” dan “ngab” dinilai tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mereka khawatir jika dibiarkan, generasi muda akan kehilangan kemampuan berbahasa secara formal.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa bahasa gaul menjadi bagian dari kreativitas berbahasa. Dalam banyak kasus, bahasa gaul justru menciptakan cara komunikasi yang lebih akrab dan efektif di kalangan remaja. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup dan dapat beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat.
Baca Juga: Bahasa Gaul: Bayang-bayang yang Mengancam Identitas Bahasa
Bahasa gaul juga mencerminkan dinamika sosial dan budaya. Kata-kata baru yang muncul biasanya berkaitan dengan tren, teknologi, atau kebiasaan generasi saat ini. Ini membuktikan bahwa bahasa gaul berperan sebagai cermin perkembangan zaman.
Di sisi lain, masih banyak yang belum bisa membedakan konteks penggunaan bahasa gaul dan bahasa formal. Ketika seseorang membawa gaya bahasa gaul ke ranah akademik atau profesional, tentu ini bisa menjadi masalah. Oleh karena itu, literasi bahasa menjadi sangat penting agar kita bisa menggunakan bahasa sesuai tempat dan waktunya.
Menariknya, beberapa istilah bahasa gaul kini bahkan masuk ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Ini membuktikan bahwa penggunaan luas dalam masyarakat bisa mendorong sebuah kata menjadi bagian dari bahasa resmi. Dengan demikian, bahasa gaul tidak sepenuhnya merusak, melainkan berpotensi memperkaya kosakata Bahasa Indonesia.
Baca Juga: Resonansi Rasa: Menyikapi ABK (Anak Berkehebatan Khusus)
Bahasa selalu mengalami evolusi, sama seperti ketika dulu Bahasa Indonesia menyerap banyak kosakata dari bahasa daerah dan bahasa asing. Perubahan dan penambahan kata merupakan hal yang wajar dalam proses perkembangan sebuah bahasa. Maka dari itu, munculnya bahasa gaul seharusnya dilihat sebagai bagian dari perubahan tersebut.
Penggunaan bahasa gaul dalam media sosial juga membuat anak muda lebih tertarik untuk bermain dengan kata dan berani mengekspresikan diri. Banyak konten kreatif yang muncul dari bahasa gaul, mulai dari meme, puisi, lagu, hingga film. Ini menunjukkan bahwa bahasa gaul mampu menjadi jembatan antara ekspresi budaya dan teknologi.
Meski demikian, penting untuk tetap menjaga keseimbangan antara bahasa gaul dan bahasa baku. Di sekolah, dunia kerja, atau kegiatan resmi, penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar tetap harus dikedepankan. Bahasa gaul bisa digunakan sebagai variasi, namun bukan pengganti utama dalam komunikasi formal.
Peran guru, orang tua, dan media juga penting dalam membimbing generasi muda memahami fungsi bahasa secara tepat. Pendidikan bahasa sebaiknya tidak hanya mengajarkan aturan, tetapi juga konteks penggunaannya. Dengan begitu, anak-anak muda tidak akan terjebak dalam satu pola bahasa saja.
Kita tidak bisa menolak kehadiran bahasa gaul, karena ia tumbuh dari kehidupan sehari-hari. Yang perlu kita lakukan adalah mendampingi perkembangannya agar tetap sehat dan proporsional. Bahasa gaul bukan musuh Bahasa Indonesia, melainkan teman yang perlu diarahkan.
Artikel Terkait
TK Al Hidayah Masamba Gelar Pentas Akhirussanah dan Pelepasan Peserta Didik TA 2024-2025
Siswa Berprestasi MA DDI Masamba Terima Piagam Penghargaan
PT Semen Tonasa Bantu 200 Sak Semen untuk Pembangunan Masjid di Mappedeceng
Meriah! Penerimaan Rapor MTs DDI Masamba Diwarnai Pemberian Penghargaan bagi Siswa Berprestasi
Kronologi Adam Suseno, Suami Inul Daratista Terbaring di Rumah Sakit, Kenapa?
Viral Presiden Ketujuh Indonesia Joko Widodo Terlihat Kondisi Kulitnya yang Berubah, Sakit Apa?
Inilah Sosok Moch Ihsan, Anak yang Tega Aniaya Ibu Viral di Media Sosial, Apa Alasannya?
Rifaya, Siswa SMA Future Gate, Bekasi Diterima di Psikologi Unpad: Berkat Niat, Kerja Keras, serta Kekuatan Mottonya 'Urip iku Urup'
Resonansi Rasa: Menyikapi ABK (Anak Berkehebatan Khusus)
Bahasa Gaul: Bayang-bayang yang Mengancam Identitas Bahasa