Fenomena Bapa Aing: Antitesis Pemerintah Sebelumnya

photo author
- Selasa, 27 Mei 2025 | 13:34 WIB
Kang Dedi Mulyadi 'KDM' (Tangkap Layar)
Kang Dedi Mulyadi 'KDM' (Tangkap Layar)

KLIKANGGARAN -- Bapa Aing, julukan yang diberikan kepada Kang Dedi Mulyadi (KDM), telah menjadi fenomena baru sosok kepemimpinan di Indonesia. Tidak ada Gubernur Jawa Barat setenar beliau sepanjang beberapa tahun belakangan.

Latar belakang KDM yang sebelum menjadi Gubernur sudah menjadi Content Creator setidaknya sebagai salah satu penyebab popularitas beliau di kalangan masyarakat.

KDM boleh jadi paham bagaimana algoritma medsos itu berjalan. Beliau dan timnya boleh jadi paham bagaimana meningkatkan viewer dan subscriber sampai akhirnya menghasilkan "cuan" sbg content creator.

Baca Juga: Dalam Rangka Menyelesaikan Konflik, Indonesia Dorong Resolusi Damai Myanmar dan Penguatan Kerja Sama Kawasan di KTT ke-46 ASEAN

Sindiran terhadap beliau sebagai Gubernur Konten pun muncul. Bahkan, dari sesama Gubernur sendiri. Beliau tidak peduli. Beliau menjawab, "Lebih baik menjadi Gubernur Konten daripada Gubernur yang molor".

Beliau pun menegaskan dengan dirinya sebagai content creator, Pemprov Jawa Barat mampu menghemat biaya belanja iklan yang biasanya 50 miliar menjadi 3 miliar.

Antitesis Pemerintah Sebelumnya

Pada penyelenggaraan shalat Idulfitri tahun 2025 kemarin, Kang Dedi sempat mengisi sambutan. Dalam sambutannya, beliau melakukan autokritik. Beliau mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang paling banyak "memungut" uang dari masyarakat, entah itu pajak entah itu zakat.

Baca Juga: Lesti Kejora Dilaporkan Yoni Dores Terkait Dugaan Pelanggaran Hak Cipta, Begini Tanggapan Inul Daratista

Namun, beliau melanjutkan, "pungutan" tersebut tidak mampu menyelesaikan masalah kemiskinan di Indonesia. Rasa keadilan belum terwujud di negara yang beriman dan beramal saleh ini. Beliau mengakui bahwa ini pertanda penyelenggara negara belum bisa memaknai dan memahami Islam secara paripurna. Beliau pun memohon maaf atas hal tersebut.

Autokritik ini jelas menunjukkan bahwa KDM merupakan antitesis dari pemerintahan sebelumnya yang cenderung kaku dan antikritik. Di satu sisi, ini angin segar bagi rakyat. Di sisi lain ini pecutan bagi pemerintah sendiri untuk berani keluar dari "zona nyaman" sbg penyelenggara negara yang selalu "cari aman". Jangan sampai autokritik ini hanya mewakili KDM, tidak mewakili Pemprov Jawa Barat.

Penulis: Alfi Irsyad Ibrahim

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X