KLIKANGGARAN-- Program studi Seni Rupa dan Desain Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB) membuat proyek hasil penelitian Hendy Hertiasa yang juga dosen di jurusan yang sama tentang pembuatan animasi relief Candi Borobudur dengan memanfaatkan teknologi IT berbasis smartphone.
Banung Grahita, Ketua Prodi Seni Rupa dan Desain Fakultas Seni Rupa ITB, menambahkan bahwa rilief Candi Borobudur dibuat animasi dengan tujuan mengenalkan tokoh-tokoh dalam relief Borobudur. Dengan demikian, harapannya adalah animasi relief Borobudur tidak kalah menarik dibanding dengan dunia hiburan. Hanya saja perlu dipahami bahwa animasi di sini tidak berarti relief itu dibuat film animasi, tandasnya.
Cara kerja proyek animasi ini memang belum banyak diketahui oleh masyarakat. Hendy Hertiasa selaku peneliti mencontohkan dalam relief Candi Borobudur ada tokoh yang menunjukkan gestur berbicara. Dari tokoh itu kemudian dibuat animasi 4 gerakan orang yang selayaknya ketika berbicara sehingga tokoh itu seolah-olah hidup dan menarik dilihat.
Contoh lainnya menurut Hendy Hertiasa adalah animasi relief karma buruk yang ada di Karmawibangga Candi Borobudur yang terdiri dari 4 babak atau 4 adegan. Relief ini cara membacanya dari kanan kekiri, pintanya.
Dalam relief Karmawibangga itu (sekarang terpendam) adegan pertama dunia dengan segala isinya flora dan fauna, adegan kedua sekelompok orang menjala ikan, adegan ketiga orang direbus di nekara.
Interpretasi dari reilief itu dunia ini dipenuhi dengan alam dan seisinya tetapi jika orang mengeksploitasi alam (menjala ikan) maka karma buruk yang didapat yakni bencana (direbus).
Ketiga adegan dalam relief Borobudur itu agar mudah dipahami oleh masyarakat dengan cara setiap adegan dipertegas dengan warna yang mencolok dengan disertai keterangan yang memadai tentang gambar dalam adegan tersebut. Dengan demikian user atau pengguna akan dapat memahami relief dengan mudah.
Lilik Suharmaji mengapresiasi proyek prodi Seni Rupa dan Desain ITB ini. Menurut Lilik yang paling harus dikenalkan kepada masyarakat adalah relief Karmawibangga yang letaknya ada dipaling bawah Candi Borobudur.
Relief ini sebenarnya mengelilingi sepanjang candi itu tetapi sekarang yang masih terlihat nyata dan utuh hanya 3 relief, sedangkan yang lain tertutup oleh bangunan candi. Relief candi di Karmawibangga sebenarnya mengajarkan karma baik dan karma buruk apabila seseorang melakukan aktifitasnya di dunia. Lilik menilai relief ini lebih membumi dari pada di Rupadatu dan Arupadatu yang sudah mengandung unsur-unsur sufi (meninggalkan urusan duniawi).
Hasil jepretan seniman yang dilukiskan pada waktu itu dan sampai sekarang masih tetap aktual di masyarakat. Untuk itulah Lilik mengapresiasi agar riset multi years ini tetap dilanjutkan sehingga masyarakat ketika datang ke Borobudur tidak sekedar melihat view keindahan Borobudur tetapi dapat memetik nilai-nilai yang diajarkan Candi Borobudur, tandas Lilik.
Baca Juga: Mari Kenalan dengan Putri Marino Pemeran Kinan dalam Serial 'Layangan Putus', Simak Profilnya
Artikel Terkait
PMII Rayon Rawamangun, Membedah Buku PMII Di Simpang Jalan : Sekaligus Bangun Kebersamaan
Rakernas IWO Tahun 2021, Jhodi Yodono Sebut Wartawan Tidak Boleh Rendah Diri
Konfederasi Sarbumusi Susun Draft Rekomendasi Muktamar Ke- 34 Nahdlatul Ulama, Klaster Ketenagakerjaan
Serial 'Layangan Putus' Membuat Gempar Warganet, Tahukah Sejarah dari Layangan?
Juragan99 Sebut Persib Alay, Viking Meradang
Muktamar Ke-34 NU di Lampung Jokowi Ajak Pemuda NU untuk Gerakkan Ekonomi Umat
Yenny Wahid Komentari Dua Kandidat Ketum PBNU, Apa Katanya?
10 Sosok Luar Biasa yang Pernah Menjadi Ketua PBNU dari Masa ke Masa
K.H. Yahya Cholil Staquf Resmi Jadi Ketum PBNU ke-11, Simak Rekam Jejaknya
K.H. Yahya Cholil Staquf Ingin Membuat Kabinet Kerja, Maksudnya?