Inilah Alasan Mengapa Karmawibangga Candi Borobudur Ditutup

photo author
- Selasa, 28 Desember 2021 | 08:49 WIB
Ilustrasi (Pixabay/mmg58)
Ilustrasi (Pixabay/mmg58)

KLIKANGGARAN-- Program studi Seni Rupa dan Desain Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB) membuat proyek hasil penelitian Hendy Hertiasa yang juga dosen di jurusan yang sama tentang pembuatan animasi relief Candi Borobudur dengan memanfaatkan teknologi IT berbasis smartphone.

Banung Grahita, Ketua Prodi Seni Rupa dan Desain Fakultas Seni Rupa ITB, menambahkan bahwa rilief Candi Borobudur dibuat animasi dengan tujuan mengenalkan tokoh-tokoh dalam relief Borobudur. Dengan demikian, harapannya adalah animasi relief Borobudur tidak kalah menarik dibanding dengan dunia hiburan. Hanya saja perlu dipahami bahwa animasi di sini tidak berarti relief itu dibuat film animasi, tandasnya.

Cara kerja proyek animasi ini memang belum banyak diketahui oleh masyarakat. Hendy Hertiasa selaku peneliti mencontohkan dalam relief Candi Borobudur ada tokoh yang menunjukkan gestur berbicara. Dari tokoh itu kemudian dibuat animasi 4 gerakan orang yang selayaknya ketika berbicara sehingga tokoh itu seolah-olah hidup dan menarik dilihat.

Baca Juga: Antisipasi Kunjungan Wisata di Tahun Baru, BIN Sumsel Gelar Vaksinasi di Kawasan Wisata dan Desa Terpencil

Contoh lainnya menurut Hendy Hertiasa adalah animasi relief karma buruk yang ada di Karmawibangga Candi Borobudur yang terdiri dari 4 babak atau 4 adegan. Relief ini cara membacanya dari kanan kekiri, pintanya.

Dalam relief Karmawibangga itu (sekarang terpendam) adegan pertama dunia dengan segala isinya flora dan fauna, adegan kedua sekelompok orang menjala ikan, adegan ketiga orang direbus di nekara.

Dr. Pindi Setiawan dan Banung Grahita, PhD memberi materi sebelum peserta menggunakan aplikasi animasi ke relief Borobudur
Dr. Pindi Setiawan dan Banung Grahita, PhD memberi materi sebelum peserta menggunakan aplikasi animasi ke relief Borobudur (Dok. Istimewa)

Interpretasi dari reilief itu dunia ini dipenuhi dengan alam dan seisinya tetapi jika orang mengeksploitasi alam (menjala ikan) maka karma buruk yang didapat yakni bencana (direbus).

Ketiga adegan dalam relief Borobudur itu agar mudah dipahami oleh masyarakat dengan cara setiap adegan dipertegas dengan warna yang mencolok dengan disertai keterangan yang memadai tentang gambar dalam adegan tersebut. Dengan demikian user atau pengguna akan dapat memahami relief dengan mudah.

Baca Juga: Mengapa Warga di Palembang Beralih Membeli Telur Ayam Pecah daripada Telur Utuh, Terutama Jelang Tahun Baru

Lilik Suharmaji mengapresiasi proyek prodi Seni Rupa dan Desain ITB ini. Menurut Lilik yang paling harus dikenalkan kepada masyarakat adalah relief Karmawibangga yang letaknya ada dipaling bawah Candi Borobudur.

Relief ini sebenarnya mengelilingi sepanjang candi itu tetapi sekarang yang masih terlihat nyata dan utuh hanya 3 relief, sedangkan yang lain tertutup oleh bangunan candi. Relief candi di Karmawibangga sebenarnya mengajarkan karma baik dan karma buruk apabila seseorang melakukan aktifitasnya di dunia. Lilik menilai relief ini lebih membumi dari pada di Rupadatu dan Arupadatu yang sudah mengandung unsur-unsur sufi (meninggalkan urusan duniawi).

Hasil jepretan seniman yang dilukiskan pada waktu itu dan sampai sekarang masih tetap aktual di masyarakat. Untuk itulah Lilik mengapresiasi agar riset multi years ini tetap dilanjutkan sehingga masyarakat ketika datang ke Borobudur tidak sekedar melihat view keindahan Borobudur tetapi dapat memetik nilai-nilai yang diajarkan Candi Borobudur, tandas Lilik.

Baca Juga: Mari Kenalan dengan Putri Marino Pemeran Kinan dalam Serial 'Layangan Putus', Simak Profilnya

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X