Menurutnya, pemberian burger atau spageti pada siswa Indonesia justru memperkuat ketergantungan pada bahan impor seperti gandum.
Ia bahkan menyindir penyedia MBG yang terkesan sembarangan dalam memilih bahan.
“Saya aja nista bilang itu daging olahan, saya nggak tahu itu produk apaan. Rasanya kayak karton, warnanya pink, lalu anak-anak disuruh DIY, astaga,” ujar Tan.
Program MBG di Persimpangan Jalan
Rangkaian kasus keracunan dan kritik soal menu memperlihatkan celah serius dalam manajemen MBG, mulai dari standar dapur, distribusi, hingga pilihan makanan.
Baca Juga: Disporapar Bakal Gelar Napak Tilas Sejarah Islam Tana Luwu, Sekda Jumal; Kenapa Baru Sekarang?
Di tengah cita-cita besar memperbaiki gizi anak bangsa, program ini kini dihadapkan pada ujian berat: apakah akan berbenah dengan pendekatan yang berkelanjutan, atau terus tersandung oleh insiden demi insiden yang menggerus kepercayaan publik.**
Artikel Terkait
BGN Klarifikasi Isu 5.000 SPPG Fiktif: Tegaskan Proses Verifikasi, Mekanisme Dana, hingga Kebijakan Roll Back Dapur MBG
Menelaah Usulan DPR Ubah Skema MBG Jadi Bantuan Tunai, Istana Tegaskan Distribusi Makanan Siap Santap Masih yang Terbaik
352 Siswa Keracunan Massal Imbas MBG di Bandung Barat, Dedi Mulyadi Panggil Kepala Program untuk Evaluasi Terbuka
Sorotan terhadap Masalah MBG Terus Berlanjut, Kali Ini dr Tan Shot Yen Kritik Menu hingga Tuntut Reformasi dan Transparansi
BGN Tutup Dapur SPPG Penyebab Keracunan MBG, Bentuk Tim Investigasi Khusus dan Perketat Verifikasi