KLIKANGGARAN --- Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Luwu Utara bakal menggelar kegiatan wisata religi di Kompleks Makam Datuk Pattimang dengan tajuk “Napak Tilas Religi, Sejarah Kebudayaan Islam Tana Luwu”, pada 15 Oktober 2025 mendatang.
Kegiatan napak tilas religi ini rupanya mendapat apresiasi serta dukungan penuh dari Sekda Luwu Utara, Jumal Jayair Lussa.
Saat membuka Rapat Persiapan Napak Tilas, Kamis (25/9/2025), Sekda Jumal malah mempertanyakan pelaksanaannya yang menurutnya terkesan lambat.
“Jujur, saya menganggap kegiatan kita ini luar biasa, karena menyangkut sejarah masuknya ajaran Islam di Tana Luwu, dan memiliki fakta sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan secara historis kebenarannya. Namun, kenapa baru sekarang kita lakukan,” ujarnya dengan nada bertanya.
Jumal mengatakan, sejarah Islam di Tana Luwu, yang kebetulan sejarah itu dimulai di Kabupaten Luwu Utara, tepatnya di Desa Pattimang Kecamatan Malangke, adalah kisah yang melegenda dan punya fakta sejarah yang lebih dahsyat dibanding fakta sejarah lainnya, seperti Wali Songo.
Bahkan, kata dia, jika fakta sejarah masuknya Islam di Tana Luwu ini difilmkan, akan lebih menarik dan dahsyat ketimbang film Wali Songo.
“Ketika saya buka literatur, seandainya ini difilmkan, saya yakin bisa bersaing dengan film Wali Songo, jauh lebih dahsyat dan menarik,” imbuhnya.
Untuk itu, Jumal dengan penuh semangat menyampaikan dukungannya terhadap kegiatan Napak Tilas ini.
Ia pun berharap, semua pihak yang dilibatkan dalam kegiatan ini dapat berkontribusi aktif untuk menyukseskan kegiatan Napak Tilas Religi, Sejarah Kebudayaan Islam Tana Luwu
“Kenapa ini saya respon sekali, karena Datuk Pattimang sebagai ulama pertama yang membawa ajaran Islam ke Tana Luwu adalah seorang ulama yang mengubah peradaban Islam di Tana Luwu. Dan saya yakin, banyak di antara kita yang masih belum paham terkait sejarah ini,” terangnya.
Mantan Kadispora ini juga mengapresiasi keterlibatan para siswa. Menurutnya, pemahaman akan nilai-nilai sejarah kebudayaan Islam sudah sepatutnya dimiliki para pelajar.
Mengingat pengaruh media sosial terhadap perilaku para pelajar ibarat dua sisi mata uang yang saling beririsan.
“Saya sangat respek dengan kegiatan ini karena yang hadir anak-anak kita, para pelajar. Sekarang ini, semua hal yang paling baik dapat dengan mudah kita lihat di sini (HP). Begitu pun sebaliknya, semua hal yang paling buruk dapat dengan mudah kita akses di sini juga,” pungkasnya.