Tetapi kita sedang BERTAMU ke Bali yang memang sudah dari awal memeluk tradisi dan adat istiadat sedemikian rupa. Kalau merasa canggung dengan semuanya, sekali lagi gunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa.
Sama halnya dengan Nyai yang asli dari bagian paling Timur pulau Jawa, yang dari kecil dibesarkan dengan bahasa Jawa Ngoko atau lebih dikenal Jawa Suroboyoan atau Jawa Malangan, saat harus tinggal di Jawa tengah, Nyai lebih pilih aman untuk menggunakan bahasa Indonesia, daripada dianggap tidak tahu etika ketika nyai menggunakan bahasa yang salah. Bukankah itu salah satu gunanya bahasa nasional? Dimana kita bisa menggunakan dengan aman dan nyaman.
Untuk Masyarakat Adat Bali, maafkan jika ada penulisan nama atau gelar yang salah, tulisan ini saya tulis berdasarkan pengalaman saya sebagai tamu yang kebetulan tinggal di Bali.
Salam damai semesta.***
Artikel ini ditulis oleh Nyai Sampur, penulis tinggal di Bali
Artikel Terkait
Pengen ke Bali Lagi? Jalan-Jalan ke Bukit Cinta, yuk!
Jejak Islam di Bali
Jelang BWF World Tour Finals 2021, Pemain Menikmati keindahan Rock Bar di kawasan Ayana Resort Jimbaran Bali
Di sela-sela Kunjungan Kerja ke Bali, Presiden Jokowi Saksikan Langsung BWF World Tour Finals 2021
Presiden Jokowi Minta Pariwisata Bali Bertransformasi ke Green Tourism, Apa itu?
Pebulutangkis Top Dunia Sumbang Rp219 juta lebih untuk Masyarakat Bali Terdampak Pandemi COVID 19
Cerita Mistis di Bali : Tidak Semua Cenayang Pemberani, Saya Salah Satunya
Desa Unik di BALI, Penduduknya Dilarang Poligami dan Poliandri
Cerita Mistis Bali: Roh Penjaga itu, Minta Sate Kambing