Saran Nyai Sampur, Gunakan Bahasa Indonesia Saat Anda di Bali, Mengapa?

photo author
- Selasa, 7 Desember 2021 | 10:52 WIB
Bali, Pulau Dewata (Klikanggaran/Nyai_Sampur)
Bali, Pulau Dewata (Klikanggaran/Nyai_Sampur)

KLIKANGGARAN---WISATA BUDAYA BALI. Bali selalu menarik untuk di pelajari, sebuah pulau yang berbasis adat istiadat yang kuat dan beragam. Di sini nyai Sampur akan mengajak pembaca bercerita sambil menikmati kopi pagi dan harumnya aroma cengkeh.

WISATA BUDAYA BALI, disini pembaca perlu tahu, nyai sendiri bukan penduduk Bali asli, hanya kebetulan Nyai tinggal di Bali sejak tahun 1998 yang lalu. Untuk lebur dengan masyarakat Bali asli apa sih tips nya??

WISATA BUDAYA BALI. Mengenai bahasa, Nyai sering lihat dan dengar saat teman teman Nyai ‘Dolan’ ke Bali, dengan modal nekat menggunakan bahasa lokal yang sebenarnya lebih baik dihindari. Contohnya pertanyaan “Ken ken kabare?” yang artinya bagaimana kabarnya.

Apakah artinya benar? Iya memang arti kalimat ken ken kabare adalah bagaimana kabar anda. Tapi satu hal yang terlupakan di Bali yang masih kuat memegang adat istiadat dan masih menganut sistim kasta.

Baca Juga: Bos PLN: Habis Gelap, Terbitlah Terang

Kalimat tanya itu menjadi tidak layak ditujukan pada sebagian orang. Ken ken kabare biasanya digunakan pada teman sebaya yang sudah dekat. Tidak bisa digunakan pada orang yang baru kenal, lebih dewasa atau berkasta tinggi. Saat bicara dengan yang lebih dewasa atau yang berkasta tinggi kalimat itu menjadi ‘Punapi gatra’

WISATA BUDAYA BALI, kalimat kalimat dalam percakapan yang salah mungkin tidak menjadi masalah, saat kita ada di tempat wisata, atau di tempat umum, seperti mall atau café misalnya, masyarakat Bali sangat menyadari dan memahami pulau Bali adalah tempat wisata yang tidak hanya berskala nasional tetapi juga merupakan jendela wisata dunia.

WISATA BUDAYA BALI. Hal itu akan menjadi ‘berbeda’ saat kita datang ke rumah penduduk asli Bali. Apalagi saat ada upacara, misal ada upacara Ngaben, pernikahan atau upaca upacara yang lain. Dimana banyak masyarakat adat berkumpul. Disini semua ada aturannya.

Baca Juga: Aturan PPKM Level 3 Periode Natal dan tahun Baru untuk Seluruh Indonesia Dibatalkan

Lebih baik, gunakan bahasa Indonesia yang pasti aman, dan tidak mungkin salah.
Yang paling aman sepengetahuan nyai hanya kalimat ‘Matur suksme’(terima kasih), Swastiastu (merupakan salam, yang artinya semoga dalam keadaan baik dalam karunia Sang Hyang Widhi) dan ‘Sugra’ yang berarti permisi. Lainnya lebih baik ditahan dulu. Sekali lagi hal ini jika kita memang ingin lebur dengan budaya setempat.

WISATA BUDAYA BALI, Kedua tentang panggilan. Sering kali teman teman Nyai yang berkunjung ke Bali, dengan berpikir supaya lebih melebur dengan budaya setempat lalu bertemu dengan masyarakat Bali asli begitu saja memanggil ‘Gek atau Bli’ siapa bilang panggilan itu ‘aman’?? kembali di Bali yang perlu kita pahami ada sistim kasta yang masih mengikat erat.

Pada kasta kasta tertentu, kita tidak bisa begitu saja memakai panggilan itu. Misanya pada kasta Brahmana yang biasanya di depan nama mereka ada nama Ida Bagus atau Ida Ayu. Untuk yang lebih berumur dari kita, biasa kita panggil Dayu Biyang (perempuan) atau Gus Ajik (untuk laki laki) untuk kesatria makin beragam ada Gung Biyang, Gung ajik, Desak atau Gusti Ngurah dan masih banyak lagi. So… kalau kurang paham, panggilan ‘mas’, kakak, ibu atau bapak saya rasa lebih aman.

Baca Juga: Sistem Pertahanan Rusia S-400 Telah Dikirim ke India meskipun Ada Ancaman dari AS

WISATA BUDAYA BALI. Well sebagian kita akan berpikir, semua orang di mata Tuhan sama, tidak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi. Kita duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Hal itu juga yang awalnya ada dibenak Nyai, tertanam dalam pikiran Nyai.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X