KLIKANGGARAN -- Novel "Perempuan Berkalung Sorban" karya Abidah El Khalieqy bukan sekadar kisah biasa, namun sebuah panggilan untuk melawan patriarki dalam masyarakat.
Dengan menggunakan teori feminisme radikal, kita dapat menggali lebih dalam kekuatan perempuan yang tergambar dalam novel ini.
Feminisme radikal menegaskan bahwa patriarki adalah sistem yang mengakar dalam masyarakat dan harus diubah secara mendasar untuk mencapai kesetaraan gender.
Novel "Perempuan Berkalung Sorban", terlihat bagaimana Anissa sebagai tokoh utama, menolak patuh pada norma patriarkal yang mengharuskan perempuan hanya berperan sebagai ibu dan istri.
Anissa menantang norma ini dengan tekadnya untuk mengejar pendidikan, meskipun dihadapkan pada berbagai rintangan. Hal ini mencerminkan semangat perempuan untuk mengubah struktur masyarakat yang membatasi kebebasan mereka, sesuai dengan prinsip-prinsip feminisme radikal.
Salah satu kutipan yang mencerminkan semangat perlawanan dalam novel ini adalah ketika Anissa berkata,
"Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk melawan ketidakadilan gender. Ketika kita memiliki pengetahuan, kita memiliki kekuatan untuk mengubah dunia ini, tanpa terkecuali" (halaman 63).
Kutipan ini menyoroti pentingnya pendidikan sebagai alat untuk membebaskan perempuan dari penindasan patriarki, sebuah konsep yang sangat ditekankan dalam teori feminisme radikal.
Selain itu, novel ini juga menunjukkan pentingnya solidaritas antar perempuan dalam perjuangan melawan patriarki. Ketika Anissa mendapat dukungan dari ibu dan perempuan-perempuan lain di lingkungannya, dia semakin kuat dalam mengejar impian dan hak-haknya.
Solidaritas ini adalah kunci dalam teori feminisme radikal, yang menekankan bahwa perempuan harus bersatu untuk mencapai pembebasan kolektif.
Dengan demikian, "Perempuan Berkalung Sorban" bukan hanya sekadar cerita inspiratif, tetapi juga sebuah panggilan untuk bertindak.
Melalui novel ini, Abidah El Khalieqy mengajak pembaca untuk bergabung dalam perjuangan melawan patriarki dan membangun masyarakat yang lebih adil dan setara bagi semua gender.
Penulis: Wulan (Mahasiswa Unpam)
Artikel Terkait
Inilah Sosok Metha Yuna, Istri Uki Eks NOAH yang Pernah Ditawari Cerai oleh Suaminya
Tipe Kepribadian Tokoh Lengkara Putri Langit dalam Novel 00.00 Karya Ameylia Falensia
Inilah Tips Mengatasi Kecemasan dalam Cerpen Butterfly Hug untuk Kecemasan Zoro Karya Dilla Sekar Kinari
Menggali Kedalaman Psikologi dalam Novel Sabtu Bersama Bapak Karya Adhitya Mulya: Teori Psikologi Carl Gustav Jung
Inilah Sosok Ray Faldo Viral usai di-KDRT Sang Istri, Siapa Sebenarnya?
Kisah Sumilah yang Mengadu Nasib sebagai Penyanyi Dangdut dalam Cerpen Mila Karakas: Teori Feminisme Emile Durkheim
Kesetaraan Gender dalam cerpen "Karena Aku Perempuan" Karya Reksita Galuh Wardani
Kekuatan Karakter Perempuan dalam Novel "Aruna & Lidahnya" Karya Laksmi Pamuntjak: Telaah Feminisme Radikal
Ketidaksetaraan Gender Pada Cerpen Lihat Aku Mas!’ Karya Jasma Riyadi
Event Nasional Jelajah Alam Melalui Gowes , Digelar Dalam Purwokerto Eksplore 2024