KLIKANGGARAN -- Dalam lorong-lorong kata dan rasa, Laksmi Pamuntjak melukiskan sebuah dunia di mana kekuatan, kecerdasan, dan rasa ingin tahu perempuan tidak sekadar diterima, tetapi diperjuangkan dengan ganasnya.
Novel kontemporer Indonesia yang berkilauan, "Aruna & Lidahnya", menjadi landasan eksplorasi yang memikat tentang jalinan kompleksitas hubungan antara perempuan, makanan, dan politik dalam sebuah narasi yang kaya warna.
Teori Feminisme Radikal, sebagai pendorong utama dibalik analisis ini, menawarkan jendela yang menggugah untuk melihat betapa Laksmi Pamuntjak menghadirkan karakter-karakter perempuan yang tidak hanya kuat, tetapi juga membangkitkan rasa keingintahuan akan dunia di sekitar mereka.
Dalam perjalanan memahami Aruna, sang protagonis, kita berhadapan dengan pemandangan yang menakjubkan: seorang ahli biologi makanan yang menembus ranah kuliner yang didominasi oleh laki-laki.
Keberanian, keteguhan, dan kecerdasannya menjadi sorotan, melukis gambaran seorang perempuan yang menolak untuk terjebak dalam belenggu stereotip gender.
Namun, kehebatan Laksmi Pamuntjak tidak berhenti di situ. Dalam setiap halaman, kita disuguhkan dengan karakter-karakter perempuan lainnya, seperti Lidah, sosok koki tangguh yang menghadirkan kepekaan mendalam terhadap kehidupan sehari-hari perempuan.
Dinamika kekuatan yang terjalin antara mereka menghadirkan refleksi yang menyentak tentang kompleksitas dalam berhadapan dengan norma-norma patriarki yang menjelma di dalam masyarakat.
Lebih dari sekadar cerita, "Aruna & Lidahnya" menjadi panggilan batin untuk mempertanyakan dan mengkritisi norma-norma yang membatasi perempuan dalam tatanan sosial.
Dengan lantangnya, Laksmi Pamuntjak menantang stereotip gender, mengajak pembaca untuk menyelami perjuangan karakter-karakternya, dan pada gilirannya, merenungkan panggilan untuk perubahan menuju masyarakat yang lebih adil dan setara bagi semua gender.
Dalam dunia yang diwarnai oleh aroma kata dan rasa, Novel "Aruna & Lidahnya" bukan sekadar novel. Ia adalah karya seni yang mempesona, menyelipkan pesan-pesan keberanian, perjuangan, dan harapan di setiap halamannya.
Penulis: Tiara Prisilia Amanda (Mahasiswa Unpam)
Artikel Terkait
Ketika Pramuka Bukan Lagi Ekskul Wajib di Sekolah
Bupati MFA Melakukan Evaluasi Implementasi Kurikulum Merdeka Bagi Kepala Sekolah Se-kabupaten Batang Hari
Taiwan Alami Gempa Bumi Magnitudo 7,5, Jepang dan Filipina Waspada Tsunami
Inilah Sosok Metha Yuna, Istri Uki Eks NOAH yang Pernah Ditawari Cerai oleh Suaminya
Tipe Kepribadian Tokoh Lengkara Putri Langit dalam Novel 00.00 Karya Ameylia Falensia
Inilah Tips Mengatasi Kecemasan dalam Cerpen Butterfly Hug untuk Kecemasan Zoro Karya Dilla Sekar Kinari
Menggali Kedalaman Psikologi dalam Novel Sabtu Bersama Bapak Karya Adhitya Mulya: Teori Psikologi Carl Gustav Jung
Inilah Sosok Ray Faldo Viral usai di-KDRT Sang Istri, Siapa Sebenarnya?
Kisah Sumilah yang Mengadu Nasib sebagai Penyanyi Dangdut dalam Cerpen Mila Karakas: Teori Feminisme Emile Durkheim
Kesetaraan Gender dalam cerpen "Karena Aku Perempuan" Karya Reksita Galuh Wardani