KLIKANGGARAN -- Hallo Klikers. Kali ini kita akan menelusuri novel laut bercerita karya Leila S Chudori. Novel ini best seller loh.
Novel Laut Bercerita menunjukan orientasi budaya terhadap waktu yang terdiri atas orientasi budaya terhadap masa lalu, orientasi budaya terhadap masa sekarang, dan orientasi budaya terhadap masa depan.
Laut Bercerita karya Leila S. Chudori, mengisahkan keluarga yang kehilangan, sekumpulan sahabat yang merasakan kekosongan di dada, sekelompok orang yang gemar menyiksa dan lancar berkhianat, sejumlah keluarga yang mencari kejelasan makam anaknya, dan tentang cinta yang tak akan luntur.
Novel ini pertama kali terbit pada taun 2017 dan masih menjadi buah bibir di kalangan sastrawan dan mahasiswa sastra.
Berikut ini orientasi budaya yang dapat kita lihat pada novel laut bercerita:
1. Orientasi Budaya terhadap Masa Lalu
Orientasi budaya terhadap masa lalu pada novel Laut Bercerita ditunjukkan pada tokoh Laut. Laut ingin mengetahui peristiwa masa lalu yang terjadi pada tahun 1965.
Ia memilikki masa lalu yang perih, karena pemerintah menerapkan peraturan bagi siapa saja yang orang tua atau keluarganya pernah menjadi tahanan politik yang berkaitan dengan peristiwa 1965 tidak diperkenankan bekerja yang berhubungan dengan publik.
Hal tersebut menunjukan bahwa laut menganggap bahwa masa lalu adalah sesuatu yang menjadi penyebab dari apa yang terjadi pada masa sekarang.
Selain itu, terdapat kesadaran bahwa versi resmi dari sejarah dapat menjadi manipulatif, sehingga Laut berkeinginan untuk mendapatkan perspektif yang lebih netral mengenai hal tersebut dengan mencari tau peristiwa masa lalu.
2. Orientasi Budaya terhadap Masa Sekarang.
Dalam novel Laut bercerita terdapat orientasi budaya terhadap masa sekarang ditunjukan oleh tokoh Laut yang hanya memikirkan kondisinya yang saat itu sedang lapar dan penuh amarah. Laut melahap nasi bungkus yang diberikan Lelaki Seibo tanpa mempertimbangkan apa kemungkinan yang akan terjadi setelah ia memakan nasi tersebut.
Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut.
“Aku membuka nasi bungkus yang tadi setengah dilempar oleh si Lelaki Seibo. Nasi yang disiram gulai nangka, sambal hijau, telur dadar Padang itu aku lahap sejadi-jadinya meski bibirku masih bengkak. Aku bukan hanya lapar. Ada kemarahan, ada benih dendam yang bertumbuhan begitu subur di setiap pori tubuhku.” (Hal. 149-150)
Pada kutipan tersebut, orientasi budaya terhadap masa sekarang ditunjukan melalu tindakan tokoh Laut yang hanya fokus terhadap situasi yang sedang terjadi pada saat itu tanpa memikirkan masa lalu ataupun masa depan.
Artikel Terkait
Pelaksanaan Expo UMKM, Nagan Raya Aceh akan segera di mulai, Berikut Jadwal Pembukaannya
Sitti Aisyah dan Nur Fitrih Pimpin OSIM MA DDI Masamba Periode 2024 - 2025
Sukses, 900 Peserta Meriahkan Jambore PKK dan Dasa Wisma Tingkat Kabupaten Luwu Utara
Presiden Jokowi Tunjuk Marthinus Hukom Sebagai Kepala BNN Baru
Marthinus Hukom Sosok Dibalik Penangkapan Gembong Teroris Dr Azahari dan Noordin M Top
Tok! DPR Sahkan Revisi Kedua UU ITE, Pasal Berapa Saja yang Direvisi dan Bagaimana Revisinya?
Viral Agus Noor dan Butet Kartaredjasa Diduga Dapatkan Intimidasi dari Polisi, Apa yang Terjadi Sebenarnya? Begini Kata Kadiv Humas Polri
Ternyata Ini Alasan Jordan Ali Hapus Foto Eva Manurung di Instagram-nya, Apakah Benar Putus?
Naturalisasi Pemain oleh PSSI, Terbaru Dua Pemain yang Berlaga di Liga Inggris dan Italia, Apa Saja Target PSSI Naturalisasi Pemain
Atasi Stunting, Disnak-Keswan Sulsel Salurkan 18.540 Butir Telur untuk Luwu Utara