Jakarta, Klikanggaran.com (25-05-2019) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, kesal akan keuntungan PT Pertamina (Persero) dari hasil investasinya di luar negeri yang tidak pernah tercatat sejak lama. Tercatat yang dimaksud dalam hal ini adalah pada neraca pendapatan primer yang masuk dalam komponen neraca transaksi berjalan.
Tak tercatatnya keuntungan Pertamina yang didapat dari hasil investasinya di luar negeri justru berdampak pada transaksi berjalan yang saat ini mengalami defisit. Dampak yang dimaksud adalah hasil produksi minyak Pertamina dari Al Jazair dan Malaysia masuk ke Indonesia malah tercatat sebagai impor.
"Dulunya kan kita rapat dengan BPS dan BI, kita tanya ini siapa yang nggak catat? Akhirnya BI bilang kita sebenarnya minta dulu sama Pertamina," kata Darmin pada Klikanggaran.com di Jakarta, Jumat (24/05/2019).
Menurut Darmin, pihak Bank Indonesia (BI) sudah menawarkan kepada Pertamina untuk mencatatkan keuntungan hasil investasinya dari luar negeri dalam pembukuan di dalam negeri. Namun mirisnya, penawaran dari BI itu tak pernah disambut Pertamina, tanpa ada penjelasan, sehingga membuat Darmin jengkel dan tak mengerti dengan sikap Pertamina tersebut.
"Pertamina nggak pernah dibalas. Karena mereka… nggak ngerti," ujar Darmin.
Sebelumnya, untuk diketahui, sebagai anak usaha Pertamina di luar negeri, Pertamina Internasional EP (PIEP) mencatatkan torehan positif di tahun 2018 yaitu jumlah produksi minyak dan gas yang meningkat hingga 153 KBOEPD (102 KBOPD + 299 MMSCFD) per Desember 2018. Kemudian lifting ke Indonesia sebesar 6,5 juta Bbl.
PIEP pun telah mempersiapkan investasi sebesar US$ 174 juta di 2019 atau Rp 2,48 triliun (kurs Rp 14.200). Perusahaan berhasil meraih pendapatan senilai US$ 1,2 miliar dengan EBITDA mencapai US$ 703 juta. Kenaikan angka produksi tersebut diperoleh dari program kerja organik operasi PIEP serta akuisisi anorganik korporat Pertamina.
