Menggali Unsur Semiotika dalam Cerpen Tiga Cerita Tentang Lidah Karya Guntur Alam

photo author
- Minggu, 7 Juli 2024 | 05:42 WIB
Ilustrasi (dok)
Ilustrasi (dok)

KLIKANGGARAN -- Cerpen "Tiga Cerita Tentang Lidah" karya Guntur Alam menggambarkan tentang bagaimana kematian Mak Yun dan peristiwa seputar hidupnya menjadi bahan gossip orang-orang kampung yang suka menebak-nebak takdir seseorang berdasarkan Riwayat keluarga dan stereotip.

Dengan pendekatan semiotika dari Ferdinand de Saussure, kita dapat menggali makna simbolik dalam novel ini dengan memahami tanda-tanda dan simbol yang mengunggah emosi.

Dalam novel ini, berbagai elemen digunakan sebagai penanda yang membuat pertanda tertentu, menciptakan resonansi emosional simbolik.

Seperti dalam cerpen tiga cerita tentang lidah ini. Bagi tokoh utama dalam cerpen ini yang menjadi penanda adalah sebuah lidah, yang mana lidah tersebut digunakan untuk berbicara.

Baca Juga: Sinopsis Miss Night and Day Episode 7: Rahasia Mi Jin Diketahui Ko Won dan Pembunuh Berantai yang Mulai Terdeteksi

Mak Yun, ia seorang Perempuan tua yang terkenal dikampungnya, akan tetapi Mak Yun meninggal dengan tragis, dan ditemukan mati dengan lidah terpotong, yang memicu desas-desus bahwa mengalami azab karena kebiasaan menggibah.

Terdapat unsur semiotika yaitu, indeks, ikon, dan symbol. Seperti dalam cerita ini terdapat indeks, “Lidah Pahit Mak Yun”, merupakan indeks dari perbuatannya yang suka bergibah.

Rasa pahit yang dirasakan bisa diinterprestasikan sebagai kosekuensi langsung dari ucapan buruk dan gossip yang sering ia sebarkan.

Kemudian ikon yang terdapat pada cerita ini, “Pahitnya Bratawali”, menjadi ikon yang menggambarkan betapa menyakitkan dan tak tertahankan rasa yang dirasakan oleh Mak Yun menggambarkan yang jelas tentang penderitaan yang dialaminya.

Baca Juga: Memaknai lirik lagu pada Gala Bunga Matahari Sal Priadi

Dan yang terakhir terdapat symbol pada cerpen ini yaitu, “Lidah”, yang melambangkan kekuatan kata-kata dan ucapan.

Lidah Mak Yun yang dipotong bisa disimbolkan sebagai penghentian kekuatan negatif dari gossip dan fitnah yang disebarkannya. Dan terdapat juga simbil pada, “Tanah Abang”, tanah abang sebagai tempat dari lingkungan masyarakat yang luas dan penuh dengan berbagai macam karakter dan cerita.

Dapat disimpulkan dari cerpen ini menggunakan tanda semiotika yang kuat untuk menggambarkan konflik, kebiasaan buruk, dan kosekuensi tragis dalam kehidupan tokohnya.

Baca Juga: Representasi Simbol-Simbol Budaya Islam dalam Film Merindu Cahaya de Amstel (Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Sumber: Resensi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X