KLIKANGGARAN--Novel “Sang Pemimpi” karya Andrea Hirata mengisahkan perjalanan hidup tokoh utama, Ikal, yang tumbuh di pulau Belitong dapat analisis secara mendalam melalui teori psikoanalisis.
Melalui analisis unsur psikologi, kita dapat memahami lebih dalam tentang kesadaran bawah sadar, konflik batin dan pesan positif yang terkandung dalam karakter Ikal dalam novel ini.
Karakter 'Ikal' dalam novel 'Sang Pemimpi' menghadapi konflik batin yang kompleks, tercermin melalui simbolisme mimpi dan interaksi sosialnya, mengungkapkan pertarungan emosionalnya.
Baca Juga: Mengungkap Ketidakadilan Gender Tokoh Utama pada Novel RE: dan Perempuan Karya Maman Suherman
Ikal adalah sosok yang suka memuji orang dari dalam hatinya dan meniru kebaikan orang yang dikaguminya, juga seorang pekerja keras yang berjuang untuk meraih harapan, cita-cita, dan masa depannya, tanpa pernah meminta bantuan orang lain ketika menghadapi kesulitan.
Seperti ketika ia berada di Bogor dengan keadaan yang serba pas-pasan; Ikal tetap ingin hidup dengan apa adanya, mengejar impian dan keinginannya tanpa banyak pertimbangan.
Sejalan dengan apa yang Freud sebut sebagai “id” - bagian dari pikiran yang berfokus pada kepuasan instan dan naluri dasar.
Melalui psikoanalisis, kita dapat menelusuri perkembangan kepribadian 'Ikal' dari masa kecil hingga dewasa. Ikal memiliki rasa ingin tahu yang besar dan sikap pantang menyerah.
Baca Juga: Sinopsis Lovely Runner Episode 5 dan 6: Im Sol dan Sun Jae Menampilkan Momen Manis dan Menggemaskan
Meskipun terkadang gugup dalam melakukan sesuatu, ia tidak pernah merasa malu atau buruk ketika melampirkan pengalaman kerjanya saat tes wawancara untuk mendapatkan beasiswa strata dua ke luar negeri; secara keseluruhan, kepribadiannya dapat digolongkan ke dalam tipe ekstrovert.
Konflik-konflik yang dialami Ikal juga membentuk watak dan perilakunya, seperti konflik batin terlihat ketika Ikal membentak Jimbron untuk pertama kalinya, menyebabkan rasa penyesalan dan kesalahannya kepada dirinya sendiri, Jimbron, dan Pendeta Geovanni.
Baca Juga: Psikologi Kolektif Carl Gustav Jung dalam Novel Teluk Alaska Karya Eka Aryani
Konflik batin ini juga membuat Ikal menjadi seorang yang pesimis dan Ikal berfikir bahwa mimpinya hanyalah kemustahilan, ia menghadapi pertentangan internal yang mempengaruhi pandangannya terhadap masa depan.
Novel ini mengajarkan kita tentang ketekunan, keberanian, dan arti sebenarnya dari meraih mimpi. Ikal, dengan segala keunikan dan kekurangannya, menginspirasi kita untuk tidak pernah menyerah dan selalu berjuang menggapai apa yang kita impikan.
Artikel Terkait
Menuju Pembebasan Perempuan: Telaah Feminisme Radikal dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy
Memahami Feminisme dalam Novel "Bidadari-Bidadari Surga" karya Tere Liye: Perspektif Marxisme
Memahami Feminisme Liberal melalui Novel 9 dari Nadira Karya Leila S. Chudori
Feminisme Liberal dalam Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawi
Feminisme Liberal dalam Novel Cantik Itu Luka Karya Eka Kurniawan