KLIKANGGARAN -- Feminisme adalah gerakan sosial yang memperjuangkan kesetaraan gender dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam bidang sastra. Salah satu karya sastra yang mengangkat isu feminisme adalah novel "Bidadari-Bidadari Surga" karya Tere Liye.
Dalam novel ini, penulis secara halus menggambarkan perjuangan perempuan dalam menghadapi berbagai bentuk ketidakadilan gender. Dengan menggunakan teori Marxis, kita dapat menelaah lebih dalam tentang bagaimana isu feminisme direpresentasikan dalam novel ini.
Teori Marxis menekankan pada pertentangan antara kelas sosial, di mana kelas yang berkuasa memanfaatkan kekuasaannya untuk menindas kelas yang lebih rendah.
Dalam konteks feminisme, Marxisme memandang bahwa perempuan merupakan salah satu kelompok yang tertindas dalam sistem kapitalis. Mereka diperlakukan sebagai objek yang dieksploitasi oleh kelas dominan, yaitu kaum laki-laki.
Melalui novel "Bidadari-Bidadari Surga", Tere Liye menggambarkan bagaimana perempuan-perempuan dalam novel itu berjuang melawan sistem patriarki yang menindas mereka.
Salah satu tokoh utama, Azzura, menghadapi berbagai rintangan dan penindasan yang dilakukan oleh laki-laki di sekitarnya. Dia dipaksa untuk menikah dengan pria yang tidak dia cintai, dan terjebak dalam lingkaran kekerasan domestik.
Tentunya hal ini mencerminkan bagaimana sistem kapitalis mengeksploitasi perempuan dalam institusi perkawinan, di mana mereka seringkali kehilangan otonomi dan martabat mereka.
Selain itu, dalam novel ini juga digambarkan bagaimana perempuan diperlakukan sebagai komoditas seksual oleh laki-laki. Mereka seringkali dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan seksual pria tanpa mendapatkan penghargaan atau perlindungan yang layak.
Hal ini sesuai dengan pandangan Marxis tentang bagaimana kapitalisme menggunakan perempuan sebagai alat untuk memperkuat dominasi kelas atas.
Namun demikian, dalam perjuangan mereka, para perempuan dalam novel ini juga menunjukkan kekuatan dan ketahanan. Mereka tidak hanya pasif menerima nasib mereka, tetapi juga aktif berusaha untuk mengubah kondisi mereka.
Mereka membentuk solidaritas antar sesama perempuan dan berjuang bersama untuk membebaskan diri dari penindasan yang mereka alami. Ini mencerminkan konsep Marxis tentang pentingnya kesadaran kelas dan solidaritas untuk melawan sistem yang menindas.
Dalam konteks ini, feminisme dalam novel "Bidadari-Bidadari Surga" dapat dipahami sebagai bagian dari perjuangan kelas yang lebih luas. Perempuan-perempuan dalam novel ini tidak hanya berjuang untuk kesetaraan gender, tetapi juga untuk pembebasan dari sistem kapitalis yang menindas mereka. Mereka adalah bagian dari kelas pekerja yang berjuang melawan eksploitasi dan dominasi oleh kelas borjuis.
Dengan demikian, melalui analisis teori Marxis, kita dapat melihat bagaimana isu feminisme direpresentasikan dalam novel "Bidadari-Bidadari Surga" karya Tere Liye.
Dalam konteks Marxis, feminisme tidak hanya sebagai perjuangan untuk kesetaraan gender, tetapi juga sebagai bagian dari perjuangan kelas yang lebih besar untuk pembebasan dari sistem kapitalis yang menindas.
Artikel Terkait
Kronologi dan Alasan BEM UI Ditantang KKN di Papua Usai Kritik TNI Melanggar HAM, Viral!
Sosok Daffa Nabilah Sultan Muda dari Sidoarjo Viral Usai Bagikan 1500 Takjil namun Dikritik Warganet, Siapa Sebenarnya?
Green Day Raih Penghargaan The Landmark Award di The iHeartRadio Awards, Avril Lavigne Bilang Begini
Viral Video Iklan Semen di India yang 'Agak Lain', Warganet Geleng Kepala
WhatsApp Down Trending Topic d Twitter, Warganet Ramai Bikin Meme
Undang Petugas Kebersihan, MFA Berharap Tumbuhnya Kesadaran Masyarakat Akan Artinya Kebersihan
Dihujat Netizen Karena Tantrum dan Lakukan KDRT pad Ray Faldo, Djihan Chamilla Bela Diri
Rieke Diah Pitaloka Minta Sandra Dewi Dicekal: Uang Fantastis Bisa Operasi Wajah!
Kekerasan Terhadap Anak Terus Berulang, Bagaimana Islam Mengatasinya?
Jejak kebaikan: Himpunan Mahasiswa Ekonomi Syariah Berbagi Kasih di Asrama Cinta Yatim dan Dhuafa Al-ikhwaniyah