KLIKANGGARAN -- Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala menghadirkan kisah Dasiyah, perempuan muda yang terlahir dalam keluarga pengusaha kretek ternama di Kota M.
Di tengah pergolakan politik dan sosial tahun 1965, Dasiyah harus menghadapi dilema antara cinta, identitasnya sebagai "gadis kretek", dan batasan-batasan patriarki yang mengikatnya.
Artikel ini mengupas pergulatan identitas dalam novel Gadis Kretek dengan menggunakan pendekatan feminisme, khususnya teori "patriarki" dan "subjek perempuan" dari Moira Gatens.
Novel Gadis Kretek membawa pembaca menyelami atmosfer Kota M di era 1960-an, masa penuh gejolak politik dan stigma terhadap PKI. Di tengah situasi tersebut.
Dasiyah, putri pengusaha kretek Idroes Moeria, tumbuh sebagai perempuan yang mandiri dan penuh semangat.
Ia mewarisi bakat sang ayah dalam meracik kretek dan memiliki naluri bisnis yang tajam.
Baca Juga: Sinopsis Nothing Uncovered Episode 4: Foto Pembunuhan Cha Eun Sae di laptop Seo Jung Won
Dalam novel Gadis Kretek, Dasiyah mewakili perempuan yang berdaya. Meski hidup dalam masyarakat patriarki, ia mampu mengambil alih usaha keluarga dan memberikan pekerjaan kepada Soeraja, seorang pemuda yang dicintainya.
Melalui Dasiyah, Ratih Kumala menunjukkan bahwa perempuan memiliki kekuatan dan kemampuan yang sama dengan laki-laki.
Namun, Dasiyah juga mengalami penindasan. Ketika ia dan ayahnya ditangkap karena dituduh terlibat dengan komunis.
Dasiyah dipaksa untuk mengubur cintanya pada Soeraja dan melupakan namanya. Meski akhirnya dibebaskan, Dasiyah harus merelakan cintanya dan hidup dalam ketidakpastian tentang nasib Soeraja.
Novel Gadis Kretek menghadirkan kritik terhadap sistem patriarki yang mengekang perempuan. Dasiyah, sebagai "gadis kretek", mewakili perjuangan perempuan untuk meraih identitas dan cintanya di tengah belenggu budaya dan politik.
Pergulatannya membuka ruang bagi refleksi tentang peran perempuan dan emansipasi di tengah masyarakat yang masih terikat pada nilai-nilai patriarki.
Melalui novel Gadis Kretek, Ratih Kumala menunjukkan bahwa perempuan memiliki hak dan kekuatan yang sama dengan laki-laki.
Artikel Terkait
Novel 'Santri Pilihan Bunda': Perjodohan yang Berterima
Melintasi Kultur: Analisis Sosial dalam Film 'Bumi Manusia'
Kepribadian yang berbeda menjadi pelengkap kisah Nathan dan Salma dalam novel Dear Nathan: Teori Psikologi Carl Gustav Jung
Memahami Kedalaman Psikologis Tokoh Gladys dalam Novel 'Retak' oleh Azhara Natasya
Klasifikasi Emosi Tokoh dalam Cerpen 'Mencari Aku di Dalam Aku' Karya Sumiyati S. Ag dan Khaidar Naufal Pasingsingan
Novel 'Ayahku Bukan Pembohong' Karya Tere Liye: Analisis Tokoh Introvert Melalui Lensa Sigmund Freud
Kepribadian Tokoh Bendung dalam Novel 'Bu, Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini' Karya Boy Candra: Tinjauan Kajian Psikologi Sastra Carl Gustav Jung