Melintasi Kultur: Analisis Sosial dalam Film 'Bumi Manusia'

photo author
- Kamis, 28 Maret 2024 | 05:12 WIB
Novel Bumi Manusia (dok)
Novel Bumi Manusia (dok)


KLIKANGGARAN -- Dalam kancah perfilman Indonesia, film Bumi Manusia telah menorehkan tinta emas sebagai karya yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik.

Diadaptasi dari novel legendaris Pramoedya Ananta Toer, film ini mengangkat kisah Minke, seorang pribumi yang berpendidikan Eropa, dan perjuangannya melawan penindasan kolonial di Jawa pada akhir abad ke-19.

Film Bumi Manusia tidak hanya merupakan karya seni yang menghibur, tetapi juga sarana komunikasi antar budaya yang kaya.

Melalui narasi dan karakternya, film ini mengungkapkan dinamika sosial dan budaya yang kompleks, memberikan wawasan tentang interaksi antar budaya di Indonesia pada masa kolonial.

Salah satu aspek sosiologis yang paling menonjol dalam film ini adalah representasi stratifikasi sosial.

Kita melihat bagaimana masyarakat terbagi menjadi kelas-kelas berdasarkan ras, status sosial, dan kekayaan.

Minke, yang merupakan anak dari seorang bupati Jawa, berada dalam posisi unik di mana ia mendapat pendidikan ala Eropa namun tetap merasakan diskriminasi sebagai pribumi.

Film Bumi Manusia menyajikan sebuah kanvas yang kaya akan interaksi antarbudaya, menggambarkan kompleksitas hubungan sosial dan komunikasi di era kolonial Indonesia.

Melalui karakter-karakternya, film ini mengeksplorasi dinamika kepercayaan, nilai, dan sikap yang berbeda antara pribumi dan penjajah Eropa.

(1) Kepercayaan dan Strata Sosial: dalam adegan perkenalan antara Minke dan Annalies, terjadi pertukaran yang mencerminkan strata sosial yang ada. Minke, dengan singkat menyebutkan namanya tanpa gelar, menandakan posisi sosialnya sebagai pribumi.

Di sisi lain, Annalies memperkenalkan diri dengan nama lengkapnya, menunjukkan status sosial yang lebih tinggi. Ini menggambarkan bagaimana kepercayaan dan nilai sosial tertanam dalam interaksi sehari-hari, mempengaruhi persepsi dan perilaku.

(2) Pandangan Dunia dan Organisasi Sosial: film ini juga menyoroti pandangan dunia yang berbeda antara budaya Jawa dan Eropa, terutama dalam hal spiritualitas, kehidupan, dan kematian.

Keluarga, sebagai unit sosial terkecil, berperan penting dalam membentuk perilaku dan sikap individu, menjadi wadah pemeliharaan dan transmisi budaya.

(3) Analisis Komunikasi Bermedia: komunikasi tatap muka antara Minke, Nyai Ontosoroh, dan Herman Mallema menunjukkan kekuatan dialog langsung dalam mempengaruhi hubungan antarpersonal.

Sementara itu, komunikasi bermedia, seperti surat yang tidak dibalas Minke, menunjukkan batasan media dalam menghasilkan efek komunikasi yang langsung dan pribadi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Sumber: Resensi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X