Biarkan Aku yang Pergi: Jeritan Pilu Seorang Anak yang Terpinggirkan dalam Jerat Diskriminasi Keluarga

photo author
- Kamis, 21 Maret 2024 | 20:02 WIB
ilustrasi (Pixabay/darksouls1)
ilustrasi (Pixabay/darksouls1)

KLIKANGGARAN -- Cerpen "Biarkan Aku yang Pergi" karya Hanida Ulfah (Dinda Pelangi) menceritakan kisah pilu Alderaya Zivanna (Dera), seorang anak yang terpinggirkan dalam keluarganya sendiri.

Kajian sosiologi sastra terhadap cerpen ini mengungkap realitas pahit tentang diskriminasi dan ketidakadilan yang dialami Dera di tengah keluarganya.

Diskusi berpusat pada bagaimana relasi kuasa, stigma sosial, dan konstruksi gender memicu penderitaan Dera dan mendorongnya pada pilihan tragis.

Biarkan Aku yang Pergi menghadirkan potret kelam seorang anak yang terjebak dalam pusaran diskriminasi keluarga.

Dera, sang protagonis, diceritakan sebagai anak yang berbeda dari kedua kakaknya, dianggap bodoh, dan selalu menjadi korban perbandingan. Ketidakadilan ini memicu rasa sakit dan membuat Dera mengambil langkah tragis.

Hubungan keluarga dalam cerpen ini diwarnai relasi kuasa yang timpang. Orang tua Dera, terutama sang ayah, mendominasi dan kerap merendahkan Dera.

Hal ini terlihat dari kalimat seperti "dasar gak sopan..." dan "kamu duduk dulu baru ngomong".

Dera diposisikan sebagai subordinat, terpinggirkan dari lingkaran keluarga yang penuh kasih sayang.

Dera dicap sebagai anak yang "bodoh" dan "pembuat onar". Stigma ini memicu diskriminasi dan perundungan dari anggota keluarga, seperti kedua kakaknya yang sering mengejek dan merendahkannya.

Dera dipaksa hidup dalam bayang-bayang kedua kakaknya yang dianggap lebih cerdas dan berprestasi.

Cerpen ini juga menyoroti konstruksi gender yang timpang. Dera, sebagai anak perempuan, dipaksa patuh dan mengikuti aturan yang ditetapkan oleh laki-laki dalam keluarga.

Ketidakadilan gender ini semakin memperparah penderitaan Dera dan membuatnya merasa tak dihargai.

Diskriminasi dan ketidakadilan yang dialami Dera secara bertahap menggerogoti mentalnya. I

a merasa tertekan dan sedih. Puncaknya, Dera memilih mendonorkan ginjal untuk kakak kembarnya, Dara, dan kemudian mengakhiri hidupnya. Keputusan tragis ini menjadi simbol jeritan pilu Dera yang tak terdengar.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Sumber: Resensi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X