Jakarta, Klikanggaran--Saat ini tepat 17 tahun lalu Munir berangkat dari Indonesia menuju Amsterdam Belanda dalam rangka studi.
Namun, nasib naas menyapa Munir yang justru kehilangan nyawa saat dalam perjalanan.
Munir dinyatakan meninggal pada 7 September 2004 pagi di Pesawat Garuda GA-974 kursi 40-G.
Saat itu, Munir sedang menuju Amsterdam untuk melanjutkan studi di Universitas Ultrecht.
Baca Juga: Warga di Tegal Serbu Gerai Vaksinasi Merdeka Yang Digelar Polres Tegal Kota
Dua bulan pasca kejadian, Kepolisian Belanda memastikan ayah dua anak itu dibunuh menggunakan racun arsenik.
Racun arsenik disebutkan senyawa kimia yang bisa terbuat secara alami (organik) maupun buatan (anorganik).
Senyawa kimia ini tidak memiliki warna, bau, maupun rasa, sehingga sangat sulit untuk dideteksi keberadaannya dalam suatu tempat.
Senyawa ini banyak dimanfaatkan untuk kegiatan pertambangan dan industri. Jadi, racun ini banyak mengancam masyarakat yang tinggal di daerah industri.
Bisa jadi, sayuran yang dimakan ditanam di tanah yang tercemar, atau udara di wilayahnya yang sudah tidak bersih dan mengandung arsenik.
Namun, karena bahaya yang dikandungnya ada juga yang memanfaatkannya untuk aksi kriminal, seperti pada kasus Munir ini.
17 tahun lamanya kematian Munir menjadi misteri.
Meski telah ada upaya hukum, namun sejumlah pihak menganggap upaya tersebut masih belum mengungkap misteri kematian Munir.
Artikel Terkait
Diskusi Publik LBH: Adakah Hak Berkota Warga Sudah Dijamin?
Adakah Fakta Baru di Balik Hilangnya Berkas Kasus Munir?
Kerja Nyata LBH Lahat untuk Program Bupati
LBH Jakarta: Warga Kampung Nelayan Dadap Meminta Perlindungan Komnas HAM
AJI, IJTI, PWI dan LBH Pers Menilai Pemerintah Ingin Campur Tangan Lagi soal Pers