KLIKANGGARAN -- Keluarnya Fitrianti Agustinda alias Finda sebagai Bendahara DPC PDIP Kota Palembang serta sebagai kader, dinilai sejumlah pengamat merupakan strategi Finda untuk maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) kota Palembang 2024 mendatang.
Pasalnya, Finda yang saat ini menjabat Wakil Wali Kota Palembang, berambisi mencalonkan diri sebagai Balon Walikota Palembang periode 2024-2029, sehingga memerlukan kendaraan politik. Mengingat saat ini ditubuh partai berlambang banteng dengan moncong putih itu sendiri terdapat nama ketua DPC PDIP Palembang, Yulian Gunhar, yang juga berambisi akan maju.
Pengamat politik dari Forum Demokrasi Sriwijaya (ForDes), Bagindo Togar, mengatakan langkah Finda keluar dari PDIP itu merupakan ekspresi maupun sikap politik, tatkala syahwat politik mengdominasi akal sehat, meskipun itu sedikit kontras dengan perolehan jabatan publik yang diemban selama ini.
"Kita tahulah, Fitrianti Agustinda adalah kader PDIP, apalagi karier politik yang begitu mudah diraih juga besar dipengaruhi oleh faktor Almmarhun Kakandah beliau (Romi Herton) yang saat itu adalah Walikota Palembang, wakilnya adalah Harnojoyo yang berasal dari Partai Demokrat, kemudian diawal pemerintahannya Walikota saat itu tersandung masalah hukum. Harnojoyo menjadi Wali Kota pengganti dan Fitri direkomendasikan PDIP sebagai Wawako, yang berlansung dua periode hingga tahun 2023 nanti," kata Bagindo, Sabtu (2/4/2022).
Baca Juga: Donald Trump Sebut Kaum Kiri Radikal yang Memimipin AS Sekarang sebagai Ancaman Terbesar
Artinya, kata Bagindo, karier politik yang dituju adalah Calon Wali Kota Palembang yang akan dikontestasikan November 2024. Disisi lain Ibu Fitri merupakan elite PDIP dijajaran kepengurusan Kota Palembang, bukan sebagai Ketua, akan tetapi sebagai Bendahara. Dimana acapkali selama ini posisi Ketua lebih diprioritaskan,yang dijabat oleh Yulian Gunhar anggota DPR RI, konon katanya andal berkomunikasi dengan elite DPP PDIP.
"Mencermati realitas politik dan akses politik internal lebih berpihak pada sang Ketua DPC, logis saja bila Finda resign dan akan pindah kelain hati kepada parpol lain, yang kelak bisa digunakannya sebagai pengusung utama dalam Pilkada kota Palembang," paparnya.
Lantas, prediksi publik daerah selama ini, apakah Finda akan mulus komunikasi politik yang mereka lakukan, hingga Finda dapat lolos jadi Calon Wako dalam Pilwako nanti?. Hal itu diungkapkan Bagindo, butuh kalkulasi politik yang komprehensif, tak terburu buru, jauh dari kepanikan serta minus unsur emosional.
Baca Juga: Turki Setujui Transfer Persidangan Pembunuhan Jamal Khashoggi ke Arab Saudi
Dengan obsesi maupun perjuangan yang dirancang, maka sia-sialah, dan sirnalah peluang juga harapan, untuk menggapai jabatan publik paling bergengsi dipemeintahan kota ini. Disisi lain, PDIP Palembang juga dirugikan Kehilangan salah satu kader penting mereka. Lantas, adakah yang diuntungkan?.
"Jawabannya ada, yakni aktor dan institusi parpol yang akan berkompetisi 'sedikit tersenyum' melihat perilaku maupun tradisi politik antar tokoh diinternal PDIP yang sarat muatan Ideologi Nasionalis ini. Dipihak lain juga, tentu saja ada sosok personal dari kalangan pucuk pimpinan birokrasi pemerintahan Kota Palembang, yang berupaya atau berhasrat sama melirik Kursi Palembang 1 dalam kompetisi politik Pilwako Palembang 2024, seperti Sekda Pemerintah Ratu Dewa dan beberapa kepala OPD lain, dan optimal agar memperoleh rekomendasi dari para petinggi Parpol," paparnya.
Ditambahkan Bagindo, sepantasnya, mereka secara kolektif solid, lebih fokus kerja keras untuk mendulang suara konstituen sebanyak mungkin dalam Pileg Februari 2024, ketimbang over terkonsentrasi pada persaingan untuk mendapat tiket CaWako dari DPP.
"Jadi semua memiliki kesempatan yang sama, Kepala Daerah akan berakhir pada 2024, tinggal Birokrat saja yang masih menjabat hingga pencalonan ke KPU," pungkasnya.***