Proses Transisi Energi Jokowi, CERI: Pembangkit 35.000 MW adalah Program Ambisius?

KLIKANGGARAN – Seperti diketahui, dalam satu kesempatan Presiden Jokowi memberikan pengarahan di depan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).

Pengarahan Presiden Jokowi tersebut hanya dihadiri oleh Mensesneg, Menteri BUMN, Menteri Investasi, dan BKP.

Dalam pengarahannya, Presiden Jokowi meminta untuk segera membuat road map transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan.

Dengan tegas Presiden Jokowi mengatakan, jika kita cepat melakukan tahapan transisi dengan benar dan menggunakan tehnologi yang tepat dan efisien, maka kita akan beruntung.

Baca Juga: MAKI Sumsel Bakal Laporkan Dugaan Korupsi Pekerjaan Jalan Kerengak

Menurut Direktur Eksekutif CERI, Yusri Usman, kekhawatiran Presiden sangat beralasan.

“Berdasarkan kesepakatan kepala negara G20 di Roma dan pertemuan KTT perubahan iklim PBB, COP 26 di Glasgow Inggris, untuk mencegah peningkatan suhu bumi dengan mengurangi emisi karbon akibat pembakaran energi fosil dan perusakan hutan," ungkap Yusri Usman pada media, Senin, 22 November 2021 di Medan.

Presiden mengatakan, Indonesia memiliki peran penting dan strategis dalam penanganan perubahan iklim global. Karena Indonesia adalah negara mempunyai hutan tropis dan mangrove terbesar di dunia.

Arahan Presiden Jokowi tersebut diedarkan oleh Sekretariat Presiden pada hari Sabtu 20 November 2021 dalam kanal Youtube.

Namun sayangnya menurut Yusri, pada acara tersebut tidak dihadiri oleh Menteri ESDM dengan jajarannya.

“Hal tersebut mengundang tanda tanya besar," ujar Yusri.

Baca Juga: Salurkan Bantuan Modal Usaha, Dompet Dhuafa Kaltim dan Vitalis Hadir untuk Orang Tua Tunggal

“Karena semua kebijakan energi nasional jangka panjang dan jangka pendek dirumuskan oleh Kementerian ESDM berdasarkan masukan dari PLN dengan persetujuan DPR. PLN dan Pertamina sebagai BUMN hanya menjalankan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah,” lanjutnya.

Adapun usulan Presiden agar masyarakat menggunakan kompor listrik dan mobil listrik untuk menyerap over suply listrik oleh PLN menurut Yusri juga patut dipertanyakan.