DPR Cecar BGN soal Penggunaan UPF di Menu MBG, Charles Honoris Tuntut Ketegasan dan Konsistensi Kebijakan

photo author
- Rabu, 1 Oktober 2025 | 21:44 WIB
DPR cecar kebijakan BGN soal menu MBG hasil pengolahan makanan UPF.  ((Instagram/badangizinasional))
DPR cecar kebijakan BGN soal menu MBG hasil pengolahan makanan UPF. ((Instagram/badangizinasional))

Sikap Wakil Kepala BGN

Sebelumnya, Wakil Kepala BGN Nanik menegaskan komitmennya mendorong dapur MBG berbasis ekonomi lokal.
“Dapur MBG adalah untuk membangkitkan ekonomi lokal, bukan untuk memperkaya pemilik pabrik roti,” kata Nanik saat jumpa pers di Jakarta pada 26 September 2025.

“Saya tidak akan mentolerir pemakaian produk-produk pabrikan, kami akan menggunakan lokal. Roti-roti yang dibuat oleh ibu-ibu murid yang kami berikan makan. Jadi, roti itu dibuat oleh ibunya dan dimakan anaknya,” terangnya.

Ia hanya memberi pengecualian untuk produk susu kemasan di daerah yang tidak memiliki peternakan sapi.

Baca Juga: Inilah 20 Poin Proposal Trump: Masa Depan Gaza di Persimpangan Perdamaian dan Polemik

Sehari kemudian, Nanik menyebut kebijakan itu akan memberi dampak besar pada UMKM pangan.


“Begitu larangan ini dilaksanakan, ratusan ribu UMKM pangan akan hidup. Ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk tidak hanya memberi gizi bagi anak bangsa, tetapi juga menggerakkan ekonomi rakyat,” ujarnya di Jakarta pada 27 September 2025.

Kritikan Menu MBG

Ahli gizi Tan Shot Yen sebelumnya mengkritisi menu MBG yang dinilai tidak sesuai dengan standar lokal.


“Yang dibagi adalah adalah burger di mana tepung terigu tidak pernah tumbuh di bumi Indonesia, nggak ada anak muda yang tahu bahwa gandum tidak tumbuh di bumi Indonesia,” kata Tan dalam rapat bersama DPR pada 22 September 2025.

Baca Juga: Hamas Galau Hadapi Proposal Trump: Terima Damai atau Kehilangan Kuasa?

“Dibagi spaghetti, dibagi bakmi Gacoan, oh my God dan maaf, ya, itu isi burgernya itu kastanisasi juga, kalau yang dekat dengan pusat supaya kelihatan bagus dikasih chicken katsu,” tambahnya.

Menanggapi kritik itu, Nanik menyebut menu seperti burger atau spaghetti hanya sesekali diberikan, terutama jika anak sekolah mengajukan permintaan khusus.
“Jadi, anak-anak SPPG punya kreativitas biar tidak bosan, pokoknya satu minggu anak-anak boleh request yang belum pernah mereka makan, akan dimasakkan,” kata Nanik.

“Misalnya anak-anak yang di daerah-daerah terpencil kan susah dapat burger, nah mungkin dia nontonnya di TV atau nonton di YouTube ya, terus kemudian kan pengin makan apa, satu minggu itu boleh request satu kali. Jadi, anak-anak boleh request satu kali, supaya nggak bosen dengan makanan ini, itu tidak day to day kita berikan dengan seperti itu,” tandasnya.**

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muslikhin

Sumber: Liputan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X