Peneliti merekomendasikan beberapa langkah strategis bagi radio di Indonesia dan Malaysia:
- Fokus pada kelompok pengguna inovatif sebagai early adopters
Mereka dapat membantu menarik pengguna lain melalui efek sosial dan word of mouth.
- Perbaiki desain aplikasi agar lebih simpel dan ramah pengguna
Karena ketidaknyamanan antarmuka terbukti memengaruhi perilaku.
- Tingkatkan edukasi publik
Audiens perlu diberi pemahaman bahwa aplikasi radio bukan sekadar versi digital radio konvensional, tetapi menawarkan fitur tambahan.
- Perjelas kebijakan privasi
Khususnya bagi mereka yang mengakses radio untuk informasi serius.
- Susun model monetisasi yang relevan
Misalnya konten premium, integrasi iklan audio, atau fitur personalisasi sesuai pola penggunaan.
Kesimpulan
Riset ini menegaskan bahwa persoalan utama bukan pada teknologinya, tetapi pada siapa pengguna yang disasar dan bagaimana aplikasi dirancang.
Pengguna yang inovatif akan dengan mudah mengadopsi aplikasi radio.
Sebaliknya, rasa enggan, ketidaknyamanan, dan kekhawatiran keamanan masih menjadi tembok besar bagi kebanyakan orang.
Jika industri radio ingin bertahan di era digital, mereka harus berfokus pada peningkatan pengalaman pengguna, edukasi, dan inovasi. Tanpa itu, aplikasi radio hanya akan menjadi ikon yang jarang dibuka di layar ponsel.**
Artikel Terkait
Inilah Sosok Penyiar Radio Viral Karena Siarkan Azan Magrib 4 Menit lebih awal Bikin Satu Kota Buka Puasa
Inilah Momen J-Hope BTS Disebut Asia Gila oleh Penyiar Radio Bernama Pablo Motos, Dilaporkan ARMY
Radio, Salah Satu Sumber Informasi Akurat dan Tepercaya
Viral Resto Mendadak Sunyi Demi Hindari Royalti Musik, Pengunjung: “Suasana Mirip Radio AM Zaman Dulu, Aneh Tapi Bikin Nostalgia”