Jakarta, klikanggaran.com - Pengamat digital parenting Sylviana Murni yang juga Anggota DPD RI Dapil Provinsi DKI Jakarta meminta agar investigasi tetap berlanjut dari kasus predator anak asal Prancis yang tewas di sel. Pasalnya kebiadaban ini bukan sekadar menyertai pelaku, namun juga ratusan korban yang membutuhkan perlindungan dan pengamanan.
Kebiadaban predator anak kembali terkuak dengan ditemukannya bukti fisik F (inisial pelaku) berupa 305 video mesum dengan anak di bawah umur. Hal ini menjadi perhatian kita bersama dalam menanggapi kasus tentang perlindungan anak. Anak yang mengalami eksploitasi seksual berpotensi akan melakukan tindakan bunuh diri, stres, mengurung diri dan mendapatkan stigma sosial dari masyarakat.
Refly Harun: Pembubaran 18 Lembaga Negara Mulai dari Istana Negara, dan Bubarkan juga BPIP
Pasal 15 Nomor 35 tahun 2014 menyebutkan bahwa setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan dalam kegiatan politik, terlibat dalam sengketa bersenjata, pelibatan dalam kerusuhan sosial, pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan dan kejahatan seksual.
"Kami menyoroti hal berbeda dalam kasus predator anak yang kian hari menyeruak dan mengancam keselamatan fisik maupun psikis anak." Tegas perempuan yang akrab disapa Mpok Sylvi.
Dilansir dari Republika.co.id, para predator anak mempunyai jaringan pedofil internasional. Mereka melancarkan aksinya dengan memanfaatkan teknologi dengan permainan online untuk menjerat target, lalu kemudian memberikan perhatian lebih kepada anak-anak seolah-olah hubungan mereka sudah sangat lama. Kejadian ini pernah terjadi pada gadis berusia 14 tahun berinisial D pada tahun 2016.
BPK: Pekerjaan Landclearing Pusat Perkantoran Muratara Kurang Volume
Untuk itu, orangtua sangat perlu memperhatikan aktivitas anak di jejaring internet. Di era serba digital, nyaris seluruh keperluan tidak terlepas dari peran teknologi dan informasi. Tidak terkecuali bagaimana pola asuh kita dalam memperhatikan keaktifan anak yang mau tidak mau harus ikut serta dalam mengenal dunia teknologi.
Sebagaian besar di antara kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah digital parenting yang merupakan model pola asuh yang disesuaikan dengan kebiasaan anak yang sudah erat dengan kebiasaan perangkat digital.
Akankah Kandidat Afrika Dipilih Cina untuk Kepala WTO?
Stephen Balkam pada tahun 2018 di media Kumparan menyebutkan beberapa starategi dalam digital parenting yang bisa diterapkan oleh orang tua. Di antaranya adalah memperkenalkan digital sejak dini kepada anak-anak, orang tua yang ikut beradaptasi dengan kemajuan teknologi, membantu anak memilih dan memilah aplikasi dan permainan yang tidak mengandung unsur pornografi, membatasi waktu anak dalam menggunakan telepon pintar, jika anak mempunyai media sosial maka tidak ada salahnya orangtua ikut berteman, ajak anak mengeksplor pengetahuannya dan membagikan cerita yang ia dapatkan selama berteman dengan alam dan sekitarnya, serta jadilah orangtua teladan yang mengajarkan ke pada anak-anak tentang hal positif.
"Mencegah lebih baik daripada anak-anak terjebak dalam aksi bejad para predator seksual. Maka kita harus mempunyai sikap bijak dan nyata supaya kasus ini tidak terulang secara lebih luas di Indonesia khususnya." Ungkapnya.