New Normal Covid-19: Negara Titip Absen

photo author
- Minggu, 7 Juni 2020 | 21:58 WIB
images (2)
images (2)


Jakarta,Klikanggaran.com - Setelah sebelumnya menyatakan bahwa masyarakat harus berdamai dengan Covid-19, Presiden Jokowi kembali mengemukakan bahwa masyarakat harus siap menghadapi fase "New Normal" setelah masa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dalam pengertian pemerintah akan membuka kembali sejumlah fasilitas umum dan aktivitas ekonomi yang sempat ditutup selama masa PSBB tapi harus tetap melaksanakan protokol kesehatan seperti jaga jarak, pakai masker, cuci tangan dan lain-lain.


Berbagai pendapat pro-kontra seputar "New Normal" pun dikemukakan banyak kalangan, antara lain dari kalangan pesantren yang mendesak agar pemerintah memfasilitasi implementasi "New Normal" di pesantren mengingat banyak pesantren yang diduga akan kesulitan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 seperti jaga jarak dikarenakan sejumlah fasilitas di pesantren yang kurang memadai.
Di DKI Jakarta, tempat dimana Presiden bersama Gubernur DKI, Kapolri dan Panglima TNI melakukan konferensi pers di MRT tentang rencana pendisiplinan PSBB menyongsong New Normal, masyarakat antusias sekaligus cemas menyongsong fase New Normal. Masyarakat antusias dikarenakan kejenuhan karena hampir selama sekitar 3 bulan tidak bisa beraktivitas secara normal karena berlakunya PSBB yang berdampak pada menurunnya pendapatan pekerja harian secara drastis.


Di sisi lain, masyarakat juga cemas apakah New Normal memang benar-benar sudah saatnya mengingat pertambahan kasus baru positif Covid-19 di Jakarta masih berkisar 100-an orang tiap hari. Apalagi tingkat kedisiplinan masyarakat Jakarta dalam menerapkan protokol kesehatan Covid-19 tidak terlalu tinggi. Di jalanan dan tempat-tempat umum, akan dengan mudah kita jumpai warga yang tidak memakai masker dan tetap berkerumum. Tempat-tempat ibadah juga masih banyak yang tetap buka terutama selama Ramadhan dan pelaksanaan shalat Idul Fitri.


Seruan berbagai pihak mulai dari MUI, ormas-ormas Islam dan para penceramah populer agar warga melaksanakan shalat Idul Fitri di rumah banyak diabaikan masyarakat. Menjelang Idul Fitri, sejumlah pasar tradisional juga ramai pengunjung seakan-akan pandemi Covid-19 tidak ada. Ditambah inkonsistensi pemerintah dalam melarang mudik, sehingga menjelang lebaran, bandara kembali dibuka, walaupun dengan berbagai syarat yang ketat bagi penumpang yang ingin melakukan penerbangan. Kerumunan penumpang di bandara pun tak terhindarkan dengan masing-masing orang membawa surat sehat dari dokter dan surat tugas dinas dari kantornya yang diduga sebagian aspal, alias asli tapi palsu.


Dengan penerapan PSBB di Jakarta dan juga daerah lainnya yang terlihat kurang maksimal seperti itu, bagaimanakah kiranya bila fase New Normal mulai berlaku? Kita harus melihat pengalaman di sejumlah negara yang sudah melewati puncak pandemi dan kemudian melonggarkan lockdownnya serta memasuki fase New Normal malah harus kembali menutup sejumlah fasilitas umumnya yang sempat dibuka karena ada cluster-cluster Covid-19 yang muncul. Ironisnya, kurva Covid-19 Indonesia masih terus naik dan belum bisa diprediksi kapan akan mencapai puncak pandemi untuk kemudian melandai dan menurun. Sejumlah provinsi di luar Jakarta seperti Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Papua juga menunjukkan angka-angka yang mencemaskan.


Sementara itu angka tes massal Indonesia juga masih rendah. Baru beberapa hari belakangan ini, jumlah tes massal mencapai target 10.000 tes per hari dan dinaikkan targetnya oleh Presiden Jokowi mencapai 20.000 tes per hari. Celakanya, pemerintah kurang melakukan edukasi kepada masyarakat sehingga terjadi penolakan tes massal oleh masyarakat seperti yang terjadi di Makassar dan tempat lainnya. Di sisi lain, biaya tes mandiri rapid test dan swab di sejumlah rumah sakit masih mahal hingga mencapai 2 jutaan rupiah. Ironisnya, insentif pemerintah untuk tenaga medis yang dijanjikan di awal pandemi juga belum cair.


Melihat berbagai fenomena "abnormal" tersebut, maka patutlah dipertanyakan keseriusan dan konsistensi pemerintah memberlakukan New Normal dan mengakhiri PSBB. Kehadiran Negara dalam "Perang Rakyat Semesta" selama ini melawan Covid-19 terlihat seperti sekedar mengugurkan kewajiban saja sehingga alih-alih "Negara Harus Hadir" dalam melawan Covid-19, yang tampak di depan mata adalah "Negara Titip Absen". Semoga kita semua lulus dan selamat dalam "ujian akhir" melawan Covid-19 ini. Amiin.


 


Penulis: Alfanny, Ketua PC GP Ansor Jakarta Barat 2016-2020 dan Ketua Forum Alumni PMII UI 2012-2015.


Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X