Jakarta,Klikanggaran.com - Memang menyedihkan situasi perusahaan saat ini. Kalau pemimpinnya ikutan buta dan budeg, anggotanya pasti kena celaka. Sayang pemegang saham punya agenda lain sehingga masih mempertahakan manajemen saat ini. Dalam nuansa tahun politik seperti ini, rasanya PT Pos Indonesia (Posindo) memang bukan prioritas bagi negara dan pemerintahan sekarang, akan tetapi negara yang maju adalah negara yang bisa menghargai pahlawannya.
Posindo ada lebih lama dari negara ini, sejak jaman penjajahan dahulu. Sudah berapa banyak jasa pos bagi negara ini. Bahkan kita berani menyebut Pos Indonesia adalah Ibu dari BUMN di Indonesia (Mother of BUMN). Beberapa BUMN bahkan merupakan pecahan dari Posindo. Nah,apabila pemegang saham lupa akan sejarah ini, pasti akan menempatkan juga pemimpin yang salah.
Di seluruh dunia, Pos adalah badan yang sangat dihargai, bahkan Pos memiliki badan PBB UPU selevel dengan UNESCO UNICEF FAO dll. Sebagai negara anggota PBB yang aktif, harusnya pemerintah mengerti dan memahami bahwa POS bukan hanya milik bangsa tapi sudah jadi bagian dari DUNIA. Jeleknya Pos akan menjadi image yang buruk bagi negara.
Jangan bilang kita mau maju, yang sudah maju saja masih bisa menghargai Pos nya. Disayangkan kalau Pos Indonesia harus mengalami masa sulit seperti sekarang di saat pemerintah menggembar gemborkan nawacita dan revolusi mental.
Jikalau mengutip bahasa Cawapres HANYA ORANG BUDEK DAN BUTA yang tidak lihat bagaimana Posindo menderita akibat jadi tempat parkir sahabat, teman, timses, aktivis dan beberapa internal yang notabene cari posisi.
Sedih tapi mau apalagi, manajemen juga cuek karena merasa di back up pemegang saham, dalam hal ini Kementerian BUMN. Kementerian BUMN juga cuek dan seakan tidak perduli karena posisi nya sebagai tempat parkir. Badan lain di atas Kementerian BUMN apalagi tidak akan berbuat apapun karena memang Posindo memang selalu tidak penting bagi pemerintahan negara ini.
Padahal kami percaya kalau POS nya kuat tentu akan Kuat juga karyawannya, maka dari itu tagar #SavePosIndonesia #2019GantiDireksi jadi penyemangat perjuangan karyawan melalui SPPIKB. Namun itu dahulu saat menteri Rini, kini dengan bergantinya kepemimpinan Erick Thohir di Kementerian BUMN seolah menjadi oase di PT Pos Indonesia dan menjadi #BUMNBerbenah serta #ErickCuciPiring
Erick seperti mendapat booster saat Sri Mulyani mendapati ada penyelundupan barang mewah lewat kargo Garuda. Ini bukan kejadian tidak disengaja, tetapi sudah direncanakan untuk mencari celah bagaimana membersihkan BUMN2 dibawah kepemimpinan Erick.
Bukan tanpa alasan ketika Erick Thohir di setiap kesempatan dengan media selalu menyebut kata Akhlak… Akhlak… Akhlak… para direksi BUMN, contohnya tidak butuh waktu lama, Erick Thohir langsung memecat Direktur utama, bahkan akan mengganti seluruh Direksi Garuda yang ada dan bukan tidak mungkin akan segera mencopot direksi-direksi lain yang tak berakhlak.
Jikalau Erick Thohir mau sedikit saja melirik dan menilik sebentar kearah Pos Indonesia, maka akan tampak jika kehancuran akhlak Pos lebih parah dari direksi BUMN lainnya. Namun sayangnya, Pos tidak dianggap prioritas bagi Kementerian BUMN dan kalau Erick Thohir pun mau, saya akan beberkan semua kebobrokan akhlak Direksi Pos.
Erick tidak perlu KPK untuk membersihkan sarang tikus di Garuda. Ia memainkan operasi intelijen dan melihat dimana lubang-lubang yang bisa dimainkan untuk menyingkirkan para Direksi disana. Ketika mendapat laporan intelijen bahwa ada permainan dalam pengiriman di Garuda, ia lalu bersama Bea Cukai menggarapnya, mirip dengan cara penangkapan Al Capone lewat pajak yang tidak dibayarnya.
Untuk bisa mendeteksi kerusakan dalam sebuah perusahaan yang dibeli, memang perlu intelijen khusus. Dari laporan ini kemudian dijadikan sebuah strategi untuk merombak jajaran supaya lebih efektif dan bergigi. Sebelumnya, Rini Soemarno juga punya keilmuan yang sama dengan Erick. Hanya saja, karena dia kebanyakan main politik, jadilah suka main "titip menitip" supaya bisa terus dapat posisi. Erick beda,dia pebisnis tulen, ukuran buat dia adalah value perusahaan.
Karena itulah dia merombak konsep "Superholding" BUMN yang digagas Rini. Lho, gimana mau jadi Superholding, wong BUMNnya banyak yang tak berakhlak, gak jelas kerjanya. Ada BUMN minyak yang bisnis laundry. Ada yang bisnis utama pembiayaan kapal, trus jadi simpan pinjam. Termasuk Posindo, bukannya malah membenahi operasi, tapi focus pada bagaimana merusak dan menghancurkan pos lewat anak/cucu perusahaan, pokoknya core bisninya jadi kacau semua. Jadi itu seperti seorang petenis, yang tiba-tiba disuruh jualan kopi sashetan, bukannya berlatih untuk kejuaraan.
Rini sebenarnya tahu kalau ia akan diganti oleh orang yang lebih pintar dari dia. Makanya sebelum Jokowi dilantik dan mengingatkan jangan ada yang melakukan kegiatan apapun, Rini membangkang dengan merombak jajaran Direksi di beberapa BUMN dan menaruh orang-orangnya dan atau tetap mempertahankan kroninya di Pos walau dia tahu akhlaknya hancur. Karena dia tahu, Direksi BUMN sulit dipecat jika tidak ada kejadian luar biasa, seperti kriminal. Kalau ada yang mecat-memecat, bisa timbul keributan.
Akan tetapi, Erick ternyata lebih pintar dan punya seribu cara untuk "perang". Dia sudah terlatih ketika membeli klub bola sepakbola dan perusahaan internasional. Dia tidak bisa dibodohi dalam merestrukturisasi perusahaan. Kalau pengen tahu model strategi gituan, coba sekali-kali nonton film model "Wall Street, Money Never Sleeps". Dunia disana buas dan kejam, penuh kegesitan, kecerdikan juga keculasan. Ketika Erick mendatangi Rini untuk bersalaman saat menggantikannya, ia terlihat mendekati dan seperti berbisik ditelinga Rini, "Its just business, nothing personal".
Ini baru Garuda yang digarap, kita tunggu lagi BUMN besar mana yang bentar lagi ribut karena dirombak? Pertamina atau perusahaan tambang?, mudah-mudahan PT Pos Indonesia. Sebab,kalau Erick Thohir mau tau sebenarnya di dalam Perut Pos, ada tambang emas yang potensial.
Inti dari tulisan saya ini, bahwa saya tahu dan punya data lengkap jika Erick Thohir mau merubah akhlak yg sudah sangat hancur di Pos, termasuk menangkap tikus-tikus yang ada di Pos dan di anak/cucu nya Pos.
Proyeksi Garuda Indonesia dan POS Indonesia
Pertama, sebagai BUMN, Garuda di anak emaskan sedangkan Pos di anak tirikan oleh Negara.
Kedua, Garuda focus angkut orang dan Pos focus angkut barang.
Ketiga,laporan keuangan Garuda dipermasalahkan sedangkan Pos tidak dipermasalahkan.
Keempat,Garuda melakukan Import Ilegal "Harley Davidson" sedangkan Pos diduga melakukan Export Illegal "Kratom/ Mitragyna". Hanya saja, Garuda sudah ke Gap lalu diproses namun Pos sudah ke Gap namun dipetieskan.
Kelima, sama-sama tak berakhlak dan dzolim, namun Garuda sudah dicopot sedangkan Pos belum/tidak dicopot.
Penulis: Fadhol Wahab, Pengamat dan Pemerhati BUMN