”Jangan Sekali-Sekali Meninggalkan Sejarah, Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah”. Itulah salah satu inti pesan yang disampaikan oleh Bung Karno pada pidato di depan MPRS, 17 Agustus 1966, yang kemudian dikenal sebagai pidato Jasmerah.
Hal inilah yang menjadikan tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Negara melihat kembali peristiwa bersejarah yang membawa bangsa Indonesia meraih kemerdekaan dari para penjajah. Dimana Resolusi Jihad dicetuskan oleh pendiri NU, KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober tahun 1945 di Surabaya untuk mengantisipasi munculnya kembali kaum penjajah kolonial Belanda yang mengatasnamakan diri NICA. Kewajiban jihad inilah yang berhasil membakar semangat para santri yang merupakan bagian dari arek-arek Surabaya memukul mundur pasukan Inggris dan tewasnya Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby.
Peristiwa meninggalnya Mallaby tersebut membuat marah angkatan perang Inggris, hingga berujung pada peristiwa berdarah 10 November 1945, dimana saat itu ribuan pahlawan gugur dalam membela kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga setiap tanggal 10 November ditetapkan sebagai tonggak sejarah hari Pahlawan Nasional.
Bela negara yang dikumandangkan dalam resolusi jihad melawan penjajah merupakan bagain kecil dari perjuangan santri. Sebelum negara berdiri santri sudah menjadi perekat (lem sosial) di masyarakat. Mereka berbaur dengan masyarakat dimana mereka tinggal. Selain itu, pesantren merupakan laboratorium untuk mencetak santriwan-santriwati yang berakhlak mulia dan selalu sejalan dengan visi-misi kenegaraan.
Santri dalam hal ini tidak hanya kelompok masyarakat yang menekankan aspek-aspek Islam sinkretik, seperti yang dikatakan Cliffer Geertz. Namun juga merawat perayaan ritual-ritual upacara adat sebagai bentuk tradisi rakyat, yang diidentifikasikan sebagai kelompok abangan. Santri juga mampu menjadi golongan bangsawan dan mempunyai pengetahuan kesusastraan, filsafat dan kesenian-kesenian klasik, yang disandangkan Geertz bagi kelompok priyayi.
Dalam kehidupan bernegara, pesantren telah mengajaran Islam yang ramah, toleran dan moderat yang menjadi tali pengikat kehidupan bermasyarakat. Pesantren mengajarkan nilai-nilai Islam yang juga integral dengan nilai-nilai kebangsaan. Artinya tidak ada pemisahan antara nilai-nilai kecintaan terhadap perjuangan Islam dengan perjuangan merawat nilai-nilai kebangsaan.
Sebagai representasi kelompok Islam Indonesia, kekuatan santri telah menghadirkan kemerdekaan dengan pengejawantahan lahirnya Hari Santri Nasional ini. Seperti yang kita ketahua banyak pahlawan Nasional berlatar belakang santri diantaranya, KH. Hasyim asy’ari, KH. Wahab Hasbulloh, KH. Wahid hasyim dan KH. As’ad Samsul arifin, KH. Zainal Mustafa, Raden Mas Antawirya (Pangeran Diponegoro), Kiai Noer Ali, Abdul Halim, Idham Khalid, KH. Ahmad Dahlan, KH. Zainul Arifin Jenderal Sudirman, RA Kartini, HR. Rasuna said, Ki Hajar Dewantara dan banyak lagi lainnya.
Selain itu juga tokoh nasional yang berlatar belakang santri misalnya KH. Abdurrahman Wahid (alm) (Presiden RI ke-4), Nurcholis Majid (alm), KH. Hasyim Muzadi (Watimpres), KH. Din Syamsuddin (MUI), KH. Said Aqil Siradj (Ketum PBNU), Muhaimin Iskandar (Ketum PKB), H.M Romahurmuziy (Ketum PPP), Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama), Hanif Dakhiri (Menteri Tenaga Kerja), Imam Nahrowi (Menteri Pemuda dan Olahraga), Emha Ainun Najib (Budayawan) dan lain-lain.
Sebagai generasi penerus, santri hari ini seyogyanya dapat mengejawantahkan sebagai kelompok intelektual yang serba bisa. Tradisi pendidikan pesantren yang berbasis kemandirian, perjuangan dan berkorban demi NKRI menjadi modal utama. Dulu santri memanggul bambu runcing untuk mengusir penjajah, namun kini wujud perjuangan santri dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar bisa menjelajah dunia. Hari santri harus menjadi momentum menunjukkan jati diri santri yang genuine, tawadhu, berintegritas, soleh, dan bermutu. Selanjutnya tugas santri merefleksikan nilai-nilai tersebut dan mempromosikan untuk mengawal Islam Indonesia yang moderat dan demokratis.
Aktivis Muda NU dan Alumni Pasca UI