Jangan Lukai Rakyat yang Memilihmu

photo author
- Kamis, 13 Oktober 2016 | 12:45 WIB
images_berita_Sep16_1-PILKADA
images_berita_Sep16_1-PILKADA

Hentikan caci maki

Pegang janji suci

Pertahankan NKRI

Untuk senyum Ibu Pertiwi

101 Pilkada serentak gelombang kedua akan dilakukan di 2017 di Indonesia, baik tingkat kabupaten/kota dan provinsi. Tapi, perhatian paling besar adalah Pilkada DKI Jakarta karena secara geografis Jakarta adalah Daerah Ibukota Negara yang bersentuhan langsung dengan pusat pemerintahan Indonesia, sehingga hampir semua mata dan pikiran masyarakat terfokus di Pilkada DKI Jakarta. Padahal daerah lain juga memerlukan perhatian yang begitu serius dari pemerintah dan masyarakat.

 

Di sisi lain, Pilkada Jakarta menjadi ukuran sukses tidaknya konsolidasi Demokrasi yang ada di Indonesia. Jakarta adalah potret nyata tentang Indonesia hari ini yang begitu rumit dan silang sengkarut. Berbagai persoalan muncul dari banyak aspek baik agama, pendidikan, hukum, politik, ekonomi, dan budaya. Ironisnya, ikhtiar-ikhtiar demokrasi belum sepenuhnya menjawab kompleksitas masalah yang muncul di Negeri ini. Reformasi tak ubahnya seperti pengingkaran janji malin kundang yang akan kembali pada ibunya ketika kaya nanti-- distorsi komitmen berbangsa! Reformasi masih sebatas cerita yang menjadi mimpi para jelata yang terus dipermainkan para elite politik negeri ini dan melahirkan rezim komparador baru yang tidak pernah tuntas menyelesaikan masalah dan problem kebangsaan dalam setiap periode kekuasaanya.

Alih-alih berkampanye menyelesaikan masalah, yang terjadi justru sebaliknya, seringkali menambah persoalan baru.

Tidak adanya trust (kepercayaan) dari masyarakat terhadap pemerintahan terus berkembang hingga hari ini karena penguasa seringkali hanya memberikan janji manis waktu kampanye. Pilkada adalah pintu masuk perubahan yang paling rasional untuk dilakukan dan pertanyaannya, apakah pelaksanaan Pilkada di Indonesia sudah berjalan dengan baik dan demokratis? Mungkin ya, bisa juga tidak, tapi bahwa Pilkada sudah melahirkan banyak pemimpin daerah dan banyak juga yang melahirkan "desperado" politik yang menghuni pondok prodeo.

Sampai di sini, sebenarnya yang jauh lebih penting adalah pasca-Pilkada, apakah Pemerintahan Daerah sudah berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan rakyatnya?
Hiruk pikuk Pilkada DKI memang menjadi perhatian masyarakat Indonesia yang luar biasa, hampir semua orang di Indonesia hari ini membicarakanya, baik yang menjadi warga Jakarta atau di luar jakarta semua ikut berbicara seolah-olah paling tau, paling benar dan paling mengerti, para calon Gubernur dan Wakil Gubernur saling sindir saling klaim saling serang yang sudah mengarah pada ketidaksehatan, incumbent terus dibicarakan dengan segala kontroversinya, plus minus hari ini pilkada DKI sudah menjadi isu Nasional karena semua Partai Politik berebut pengaruh dan saling mengunggulkan jagoanya masing-masing.

Bahkan dengan segala cara, tak mau ketinggalan, Ketua Umum pimpinan Pusat semua Partai Politik terjun langsung kelapangan. Pilkada DKI dengan segala intrik dan fitnahnya, Pilkada DKI rasa Pilpres, semua bertaruh menyiapkan timses terbaiknya, tim pemenangan yang handal, semua dikerahkan guna meraih simpati masyarakat DKI yang sudah mulai jenuh dengan Pilkada yang mulai tidak sehat dengan isu-isu Sara, Etnis dan Agama, dan hampir di sudut-sudut kota Jakarta tak ada yang terlewatkan dari obrolan Politik yang kadang menyesatkan, yang disesalkan mereka yang menjadi Timses langsung atau tidak seringkali menggunakan Cara-cara yang tidak terhormat dan saling memfitnah satu sama lain, seharusnya kita semua bisa saling menjaga keharmonisan bernegara dan kedamaian dalam situasi seperti ini, boleh berbeda calon, berbeda pilihan tapi tidak boleh saling mengejek dan mencaci apalagi menggunakan Agama sebagai alat kampanye.

Demokrasi adalah alat untuk berkompetisi dengan cara yang sehat dan terhormat, karena itu jauh lebih mulya daripada sekedar berebut kekuasaan semata, rumusnya sederhana siapapun yang menggunakan cara yang baik akan mendapatkan kebaikan begitu juga sebaliknya, kekuasaan yang baik akan memberi manfaat bagi banyak orang, itu rumus hidup kita, dan semua Agama pasti mengajarkan hal demikian, tidak hanya sekedar mengalahkan lawan politik dengan menghalalkan segala cara, memakai Ayat-ayat Tuhan, dengan sangat murah, bagi siapapun seharusnya berfikir rasional tanpa harus memaksakan kehendak pribadi yang berlebihan, biarkan pilkada berjalan dengan baik, harus diwaspadai bahwa banyak orang di negeri ini yang anti Pancasila dan NKRI yang harus dihentikan karena merusak tatanan kita dalam berbangsa dan bernegara, siapapun itu sekali lagi yang anti Pancasila dan NKRI harus di usir dari tanah air Indonesia, kelompok seperti ini sekarang tumbuh dimana-mana yang punya agenda memecahbelah bangsa ini, pilkada hanya bagian kecil sebagai pintu masuk untuk merusak kebhinekaan dan keindonesian kita, jangan pernah mau di adu domba oleh orang-orang yang tidak bertanggunjawab, hentikan segala caci maki, saling hujat, intrik dan fitnah, yang harus dipikirkan adalah pasca pilkada, pembangunan harus terus berjalan masih banyak tugas mulia selain politik, dan biarkan pilkada berjalan dengan damai tanpa harus dilukai dan di cidrai oleh sekelompok orang yang haus akan kekuasaan dan ingin menghacurkan Indonesia.

Pilkada damai. Yees

Hadi M Musa Said
Koornas JAM PMII

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kit Rose

Tags

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X