Klikanggaran.com (22/9/2017) - Gonjang-ganjing harga karet membuat petani resah, bagaimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari? Kabupaten Tulang Bawang mayoritas petani karet, ini menjadi senyum pahit ketika harga getah karet anjlok serta menjadi senyum manis jika harga getah karet naik.
Beriringan dengan kejadian itu, kebutuhan sehari-hari semakin naik, jika asumsi 1 Ha jika musim trek atau musim pohon karet sedang berdaun hanya mampu menghasilkan 40 kg getah karet murni per 3 hari. Apabila harga karet per 1 kg itu 8000 maka dalam 3 hari petani mendapat Rp320.000. Hal ini terjadi di tahun 2016, bahkan menurut pengakuan para petani karet Tulang Bawang, pernah harga karet mencapai Rp3.500 per kilo gram.
Jika harga karet berada di titik rendah, petani karet mengeluh akan kebutuhan sehari-hari yang kian meningkat. Contoh biaya pendidikan, biaya sandang, pangan, papan, Dengan harga karet yang rendah, tentu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan secara pas-pasan, dan akhirnya petani memiliki kesempatan saving (tabungan) sedikit sekali.
Sedikit senyum manis petani karet Tulang Bawang saat harga karet merangkak naik di harga Rp9000 per kilo gram. Kenaikan harga karet disambut gembira oleh petani karet. Setidaknya sudah ada titik terang dengan kenaikan harga. Hanya saja, saat ini produksi getah karet masih sangat rendah, sebagai dampak dari musim trek.
Apa ini salah satu penyebab banyaknya pemuda pemudi di daerah berhijrah dan beralih profesi? Karena harga hasil pertanian yang tidak menentu dan memusingkan masyarakat, apalagi penurunan harga tidak dibarengi dengan turunnya kebutuhan masyarakat.
Demikian mewakili jeritan para petani karet, disampaikan oleh Wahyudin, salah satu aktivis mahasiswa Indonesia, pada Klikanggaran.com di Jakarta, Jumat (22/7/2017).