Di Rusia, Presiden Vladimir Putin menyadari penyimpangan propaganda Barat soal Islam radikal.
Alasannya, Muslim memberontak karena ada provokasi & membenci radikalisme. Umat Islam kini damai beribadah & salah satu aset Rusia.
Intifada Sosmed
Kini, Israel membabi-buta mempersekusi Bangsa Palestina. Bombardir jet tempur meluluh-lantakkan Gedung Al-Jalaa, tempat kantor Al-Jazeera & Associate Pers, di Gaza, Palestine. Dunia maya pun dirambah melalui "community standard" dimana perusahaan & regulator sosial media suka-suka menutup/membekukan akun yang tidak simpatik kepada Israel.
Middle East Eye melaporkan ratusan akun YouTube, Facebook dan IG pegiat HAM Palestina hilang atau dibekukan karena memviralkan kejahatan Israel dalam kasus Sheikh Jarrah, yang memicu perlawanan.
Sungguh Makarullah, rekayasa Allah SWT lebih canggih. Community Standard ditakwilkan menghentikan nyinyiran netizen & media mainstream, tetapi justru memperluas gerilya pegiat sosmed dalam peperangan alam maya; menggantikan intifada pakai batu, bahkan lebih dahsyat ketimbang rekonsiliasi Hamas-Fatah bersenjatakan roket-roket al-Qassam, yang menembus pertahanan besi (Iron Dome) Israel, yang belakangan meminta bantuan Barat (baca PBB) untuk gencatan senjata.
Gerilya ajakan kabarkan kekejian zionis di Palestina melalui hastag, tweet, instagram, facebook, whatsApp, atau platform media lain, walau influencer tanpa jutaan follower, demi semangati bangsa Palestina memerangi Tragedi Kemanusiaan.
"Suarakan dengan Ilmu. Berizzahlan (jaga kemuliaan dirimu tanpa merusak) karena Allah SWT, jangan sebarkan hoax demi kepentingan pribadi atau golongan...," tulis ustadz Zulfi Akmal. Warganet Malaysia, diikuti akun Muslim sedunia, meramaikan panorama maya.
Alhasil, wonder woman-nya artis Israel, Gal Gadot, menutup akun komentar tweeternya karena tak sanggup baca celaan & gertakan netizen kritis, ketimbang supermodel Palestina, Bella Hadid.
"Kebebasan ada sampai Palestina bebas!,” teriaknya saat demo di Jalan Bay Ridge, New York, AS.
Mike Pence, Wapres AS ke-48, pemilik akun twitter dengan hampir 6 juta pengikut harus tersapu badai 60 ribu komentar yang bernada hujatan karena mentweet: "Mike Pence Stands with Israel". (Saya bersama Israel).
Akun Facebook sekelas Israel Defense Force sebagai mesin propaganda, bahkan, kedodoran dan angkat tangan disosor 'keganasan' volunteers sosial media yang lahir dari kesadaran baru atas realitas sosial politik dunia, yang penuh kesenjangan.
Akun IDF gagal sampaikan pesan 'humanistik' militer Israel, alih-alih menjelaskan watak sebenarnya (true color) Israel yang rasis.
Setiap informasi IDF atas agresi dan kezaliman mereka terhadap Palestina akan disambut ribuan pernyataan, gambar, video, dan meme yang tidak hanya membantah argumen mereka, namun juga ejekan dan caci maki.
Spontan dikoreksi para intifada sosmed, perhimpunannya tidak terkonsertasi dan cenderung acak (random). Namun karena jumlahnya yang masif, maka eksistensinya tidak dapat dikendalikan dan bahkan tidak terbendung serta tak tertandingi.