opini

FSGI: Vaksinasi Guru Bukan Jadi Dasar Buka Sekolah Tatap Muka

Rabu, 17 Maret 2021 | 16:19 WIB
images (12)


Jakarta,Klikanggaran.com - Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) berinisiatif melakukan survey singkat tentang “Persepsi Guru Atas Program Vaksinasi”. Survei diikuti oleh 2406 guru dari 23 provinsi di Indonesia. Hasil survei menunjukkan bahwa 97,73% guru bersedia di vaksin dan 8,17% guru menolak di vaksin dengan alasan khawatir efek samping  dan ragu pada kualitas vaksinnya.


Dari 2406 guru  yang mengikuti survey berasal dari jenjang pendidikan  PAUD/TK sampai SMA/SMK/MA dengan rincian sebagai berikut : 6,28% guru PAUD/  TK, 50,50% guru SD/ MI, 37,20% guru SMP/ MTs dan 5,99% guru SMA/ SMK/ MA. Adapun usia para guru  berada pada rentang rentang 20-59 tahun dengan rincian sebagai berikut : usia 20-29 tahun sebanyak 17,62%, guru yang berusia 30-39 tahun sebanyak 22,69%, guru yang berusia 40-49 tahun sebanyak 20,57% dan dominan diikuti oleh guru SMA/ SMK/ MA sebanyak 39,11%.


94,85% Guru Mengetahui Program Vaksinasi Guru


Pemerintah telah menetapkan guru sebagai kelompok prioritas tahap kedua pemberian vaksinasi Covid 19. Alasan guru ditetapkan sebagai kelompok prioritas adalah karena guru termasuk kelompok petugas pelayanan publik yang memiliki interaksi dan mobilitas tinggi dalam pekerjaannya. Meskipun siswa belum divaksin, namun pemerintah merencanakan buka sekolah tatap muka usai seluruh guru selesai di vaksin pada Juni 2021.


Dari total responden sebanyak 2.406 guru, mayoritas sebanyak 94,85% telah mengetahui informasi mengenai vaksinasi Covid 19 bagi guru. Sementara selebihnya 4,15% tidak mengetahui informasi ini.


Guru-guru yang mengetahui informasi mengenai vaksinasi Covid 19 bagi guru secara umum berasal dari pengumuman sekolah sebanyak 58,72%. Pengumuman sekolah ini biasanya disampaikan melalui pertemuan secara formal melalui tatap muka secara luring maupun daring dan media pengumuman sekolah lainnya. Selebihnya memperoleh informasi dari media online sebanyak 49,82%, media sosial sebanyak 45,71%, Televisi/ Radio sebanyak 43,34% dan media cetak sebanyak 20,16%.


Hasil survei ini menunjukkan bahwa mayoritas guru telah menerima informasi mengenai vaksinasi Covid 19 bagi guru. Secara dominan pula sumber informasi yang digunakan guru merupakan sumber informasi yang dapat dipercaya yaitu pengumuman sekolah dan media online. Walaupun masih ada guru yang menerima informasi dari media sosial dengan jumlah yang cukup banyak.


Guru Antusias Divaksinasi

Antusiasme guru untuk mengikuti Vaksinasi Covid 19 ternyata cukup besar dari keseluruhan responden, sebanyak 91,73% guru. Walaupun memang masih ada guru yang menyatakan tidak bersedia untuk divaksinasi sebanyak 8,27%.


Angka ini tentunya tidak bisa dipandang remeh mengingat target dari pelaksanaan vaksinasi Covid 19 bagi guru adalah bisa terlaksananya PTM di awal semester T.P. 2021-2022. Begitu PTM dilaksanakan tentunya tidak hanya guru dan tenaga kependidikan yang berada di sekolah tetapi juga siswa yang sampai dengan saat ini belum menjadi kelompok yang akan divaksinasi. Apabila masih ada guru yang belum divaksin plus siswa yang juga belum divaksin maka Herd Immunity secara komunal di lingkungan sekolah sulit untuk terbentuk.


Jika ditelusuri dasarkan asal wilayah ditemukan bahwa guru-guru yang berasal dari luar Jawa lebih banyak yang menolak untuk divaksin yaitu sebanyak 24,35%. Dibandingkan guru-guru yang berasal dari Jawa yang hanya 4,84%. Kondisi ini diduga paralel dengan situasi penyebaran Covid 19 yang lebih buruk di Pulau Jawa dibandingkan daerah lainnya. Juga paralel dengan penanganan dan pencegahan penyebaran Covid 19 yang ternyata lebih baik di Pulau Jawa dibandingkan daerah lainnya di luar Pulau Jawa.


Jika berdasarkan usia, terlihat bahwa usia guru yang lebih muda persentase ketidak sediaan mengikuti vaksinasi Covid 19 lebih besar. Pada guru yang berusia 20-29 ada sebanyak 10,61% yang tidak bersedia mengikuti vaksinasi, pada usia 30-39 sebanyak 10,97% dan pada usia 40-49% sebanyak 10,51%. Sedangkan pada usia 50-60 tahun hanya 4,67% yang menyatakan tidak bersedia.


Temuan ini juga masih sejalan dengan kondisi penyebaran Covid 19 dimana orang-orang yang berusia lebih lanjut, lebih rentan tertular Virus Covid 19. Bahkan yang meninggal akibat Covid 19 juga cenderung dialami oleh orang-orang yang berusia lanjut. Wajar jika kemudian guru-guru yang lebih berusia lebih lanjut cenderung sangat kecil ketidaksediaannya terhadap vaksinasi Covid 19.


Berdasarkan jenjang sekolah ternyata ketidaksediaan mengikuti vaksinasi dominan berasal dari guru pada jenjang sekolah SMA/ SMK/ MA yakni sebanyak 32,64%. Sementara bagi guru yang berasal dari jenjang lainnya relatif sedikit. Pada jenjang PAUD/ TK sebanyak 5,96%, pada jenjang SD/MI sebanyak 5,60% dan pada jenjang SMP/ MTs sebanyak 8,48%.


Patut diduga bahwa ketidaksediaan sebagian guru pada jenjang SMA/ SMK/ MA memang karena diakibatkan belum tersosialisasi dengan baik pelaksanaan vaksinasi Covid 19. Sebagaimana diketahui bahwa pelaksanaan vaksinasi Covid 19 untuk tahap awal diprioritaskan bagi jenjang sekolah yang lebih rendah.

Halaman:

Tags

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB