opini

SAPARDI, LELAKI TUA DAN LAUT, SERTA KISAH PUISI ESAI

Minggu, 19 Juli 2020 | 15:17 WIB
IMG_20200719_151125


(KLIKANGGARAN)--Ketika mendengar wafatnya penyair besar, Sapardi Djoko Damono, pikiran saya melayang pada kisah sekitar 40 tahun lalu. Tahun 80an. Itu saat saya membaca novel Lelaki Tua dan Laut, terjemahan karya Ernest Hemingway. Sapardi Djoko Damono yang menerjemahkannya.


“Manusia dapat dihancurkan. Tapi ia tidak dikalahkan.”


Ini kutipan terkenal dari Ernest Hemingway tentang novel itu. Ia menulis novel The Old Man and The Sea, tahun 1952. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia 31 tahun kemudian. Lelaki Tua dan Laut, terbit tahun 1983.


Tahun 1982, usia saya baru 19 tahun. Berulang - ulang saya membaca novel aslinya dalam bahasa Inggris: the Old Man and The Sea.


Saya mendengar itu novel yang sangat bagus. Tapi bahasa Inggris saya masih buruk. Berulang saya membacanya. Tapi tetap tak mengerti isi novelnya. Apalagi simbol dan makna dibalik kisah itu.


Akhinya di tahun 1983, saya membaca terjemahan bahasa Indonesia. Teringat masa itu. Lama saya merenung dengan kisah nelayan tua dari Kuba, bernama Santiago.


Kisah itu ikut menumbuhkan spirit perjuangan. Ini era ketika saya intens sekali mencari identitas diri.


Santiago, nelayan tua, di novel itu termenung. Ia boleh dihancurkan oleh nasib buruk. Tapi ia tak boleh dikalahkan.


Sudah hari ke 84 Ia melaut. Santiago tak kunjung mendapatkan Ikan. Komunitasnya sudah bergunjing. Selesai sudah era Santiago sebagi nelayan.


Anak muda yang acap menemaninya melaut, Manolin, sudah diperingati Ayahnya. Daripada, Manolin menemani lelaki tua itu, yang tak lagi berdaya, sebaiknya Manolin menemani nelayan lain, yang lebih sukses.


Hari itu, hari ke 85, Santiago bertekad. Ia tak boleh dikalahkan oleh nasib buruk. Ia pun bertekad pergi ke laut paling jauh. Ia berniat membawa Ikan, jika bisa, yang paling besar.


Datanglah momen itu. Santiago mendapatkan ikan besar. Tapi itu tak semudah yang ia bayangkan. Dua hari dua malam, ia bertarung agar ikan itu menyerah. Yang terjadi, ikan itu malah menarik perahunya ke tengah laut, yang buas.


Akhirnya, ikan besar itu bisa Ia kalahkan. Tapi dalam perjalanan laut menuju rumah, begitu banyak Ikan Hiu. Satu persatu, ikan Hiu itu bisa ia halau.


Di tengah malam, Santiago kelelahan.Ia tertidur lelap. ikan besar yang berhasil ia tangkap, yang ia seret di perahunya, habis dimakan ikan hiu. Haya kerangka tulang yang bisa ia bawa pulang.

Halaman:

Tags

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB