opini

Yang Mengalami Resesi Adalah Negara!

Sabtu, 20 Juni 2020 | 07:26 WIB
Arum


(KLIKANGGARAN.com)--Yang harus menciptakan safety nett untuk perlindungan sosial itu adalah negara.  Yang concern terhadap penurunan angka kemiskinan, kesenjangan kewilayahan, dan angka pengangguran itu adalah negara.


Dengan membangun sistem perencanaan dan penyelenggaraan organisasi atau business process yang terbaik dengan membaca situasi dan kondisi yang dihadapi saat ini. Termasuk salah satunya adalah sistem keuangan.


Yang bertanggung jawab untuk menjaga keamanan semua proses di atas adalah  instrumen negara yang bernama birokrasi, militer, dan polisi. Demikianlah kontraknya yang termaktub dalam aturan dasar yang disebut konstitusi untuk organisasi yang bernama negara.


Baca juga: Diperkirakan Kebutuhan Pembiayaan Utang Naik hingga Rp905,2 Triliun


Ada negara, karena ada kesepakatan wilayah dengan batasan-batasan yang jelas dan ada orang-orang yang sepakat tinggal, menjaga dan hidup serta berpenghidupan di wilayah tersebut. Di situ, kita memilih sekelompok orang diserahi tugas untuk memerintah, biasa kita sebut dengan pemerintah.


Nah, di sisi lain ada entitas organisasi yang bergerak dalam rodanya sendiri, sistemnya sendiri dan himpitannya dengan negara adalah di penggunaan wilayah dan  orang-orang di dalamnya. Entitas ini memiliki sumber daya besar dan penguasaan teknologi sebagai nilai tambahnya. Entitas ini sering disebut kelompok bisnis.


Pasar menjadi istilah pertemuan dua entitas besar ini. Dan komunikasi di antara keduanya tercipta karena adanya agregator. Sebut saja ragam lembaga internasional: UN, WTO, WEF, G20, G7, APEC, UE, ASEAN, OIC, WORLD BANK, IMF yang berbasis kekuatan ekonomi dan regional. Yang berdasar komoditas dan fokus yang diangkat ada OPEC, FAO, UNESCO, UNICEF, UNWTO, UNFCC, WHO, dll. Ada peluang direct communication? Tentu saja, ada, yaitu Foreign Direct Investment (FDI) yang paling sederhana.


Baca juga: Terkait Perbudakan Masa Lalu, Inggris Minta Maaf, Negara-Negara Karibia: ‘Maaf Saja Tidak Cukup’


Saat ini, sistem tata kelola yang digunakan FDI yang paling awam digunakan adalah melalui saham dan bursa saham. Di situ para hedge fund manager yang bermain menentukan arah FDI ini, yaitu hanya dengan perhitungan proyeksi untuk memutar uang. Saham dan Bursa Saham ini, cikal bakalnya adalah pola Kerajaan Belanda mendanai proyek ambisius saat itu Kapal-kapal dagang (1550 M). Jaminannya adalah porsi kepemilikan kapal dagang milik kerajaan Belanda dan Dutch Guilder, mata uang yang dikeluarkan Kerajaan Belanda. Dan saweran masyarakat Belanda untuk mendanai proyek kerajaan itu dikelola oleh seorang petugas kerajaan yang diberi wewenang, cikal bakal dari hedge fund manager ini. Salah satu perusahaan saweran alias patungan yang berhasil berkembang pesat karena skema bisnis pilihan komoditas dan pilihan jalur berlayarnya adalah VOC. Puncak keemasan adalah tahun 1620 an. Belanda, menjadi super power di masa itu. Dutch Guilder, nilainya meningkat dan menjadi mata uang global.


Baca juga: Softbank Bakal Berinvestasi pada Startup dengan Founder dari Kalangan Minoritas


Apa yang membuat banyak masyarakat tertarik saat itu? Kerajaan Belanda memiliki peta menuju dunia baru yang paling valid di masanya berikut catatan pelayaran, yang dicuri dari Kerajaan Spanyol, Kekuatan Ekonomi masa itu, oleh seorang pelaut Belanda yang berhasil menjadi Wakil Nahkoda Kapal Dagang Spanyol yang telah sampai Galapagos.


Nah, kondisi saat ini, 2020,  antara entitas negara dan entitas kelompok bisnis cukup unik. Tahun 2017, kelompok bisnis yang diwakili oleh  survey CEO yang ada di Top 500 Company, mengatakan bahwa pasar tidak sehat. We have broken system karena disrupsi IT dan munculnya start up-start up itu. Negara, cuek. Dianggapnya itu hanya fenomena pasar.


Hingga start up menjadi wild card yang menarik banyak pihak, hingga kita kenal konsep angelic investor. Kalau dulu tahun 1500, yang mereka tawarkan peta dan rencana pelayaran. Kalau 2017, rencana bisnis, bentuk aplikasi, security, dan segmentasi market yang dituju. Yep....mirip. Hingga bubble IT pops lagi setelah tahun 2000, akibat entitas negara yang mulai mengadopsi IoT juga. Hingga Trade War China-AS muncul, perebutan teknologi 5G, ketegangan militer, dan lain-lain. Di mana instrumen negara mulai dipergunakan.


Entitas Bisnis mulai merasa tidak secure. Resource mereka diamankan dan dialihkan sesuai dengan perhitungan strategi ekapansi mereka masing-masing. Jadi, sejak akhir 2017, banyak entitas bisnis yang sudah mulai meralokasi bisnis dengan mendekati  potensi pasar konsumen dan SDA. Melihat situasi yang ada. Proses produksi berubah sangat pesat, hingga industri logistik mendapat suntikan dana besar-besaran dari kelompok bisnis pada medio 2017-2018.

Halaman:

Tags

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB