opini

Kartu Prakerja: Kecap Manis Cap Layangan Putus

Sabtu, 30 Mei 2020 | 16:26 WIB
Prakerja Jokowi


Jakarta,Klikanggaran.com - Sejak awal saya sudah siap menghadapi kenyataan kritik terhadap anggaran Rp5,6 triliun untuk membeli video pelatihan Kartu Prakerja bakal direspons pemerintah dengan masuk kuping kiri keluar kuping kanan.


Itu biasa terjadi dan sering saya alami dalam suatu isu yang patut diduga kental perkawinan kepentingan bisnis dan politiknya.


Apalagi kuenya jumbo. Anggarannya hampir sebesar total insentif tenaga medis COVID-19 (Rp5,9 triliun) yang sejak 3 bulan lalu dijanjikan Presiden Jokowi tapi belum dibayarkan hingga sekarang. Bahkan lebih besar dari utang yang kemarin disetujui Bank Dunia untuk program Indonesia COVID-19 Emergency Response sebesar Rp3,6 triliun.


Evaluasi yang katanya sedang dilakukan, dugaan saya tidak akan mengubah model jualan video pelatihan dalam program Kartu Prakerja.


Gelagatnya mudah dibaca. Jelang gelombang 4 dibuka, tampilah Bencoolen Coffee dengan tawaran pelatihan 10.000 barista merdeka dan usaha kopi pemula melalui Kartu Prakerja. Sampai dijanjikan akses permodalan, yang diklaim hal itu membedakan dia dengan jenis pelatihan Prakerja lainnya. Kelihatannya ada persaingan ketat di antara vendor pelatihan.


Orang-orang itu (termasuk Manajemen Pelaksana) macam hidup di Merkurius, seperti tidak peduli apa kata KPPU, Ombudsman, BPK, KPK tentang Kartu Prakerja, yang berpotensi jadi perkara hukum. Semacam tidak dengar juga kritik dari publik.


Ya, kopi adalah satu hal, sementara membeli video/webinar pelatihan kopi Rp300.000 (sesuai harga yang tercantum di Skill Academy dan Maubelajarapa) menggunakan dana APBN adalah hal lain. 100.000 peserta x Rp300.000 = Rp30.000.000.000. Komisi 30% = Rp9.000.000.000. Bagaimana jika jutaan peserta? Menang banyak, bung!


Mengapa kopi dimajukan? Mungkin karena tahu Presiden Jokowi terobsesi barista (kopi), selain coding, programming, dan chef.


Namun sejak tahun lalu kopi memang trending di kalangan startup. Bahasa kerennya revolusi kopi gelombang ketiga.


Pemainnya seperti Kopi Tuku (di Cipete yang dikunjungi Presiden), Kopi Kenangan, Fore Coffee (yang gerainya banyak tutup sekarang), Janji Jiwa... Bencoolen Coffee (PT Cybers Global indonesia) sama saja, bisnis juga: cari pelanggan, kejar transaksi, ambil untung.


Nanti bisa jadi ada yang pinjami modal, pakai fintech, catut bunga; telat bayar, debt collector bangun tenda depan pagar. Lagu lama.


Kenapa bisa trending, karena di belakang startup itu ada pemodal besarnya melalui para venture capitalist. Dikutip dari techinasia, Sequoia India, Jaz-Z, dan Serena Williams suntik US$20 juta ke Kopi Kenangan (Seri A) dan Seri B senilai US$109 juta (sekitar Rp1,6 triliun); East Ventures, SMDV, Pavilion Capital, Insignia Ventures, Ageeti Venture Capital masuk US$8,5 juta ke Fore Coffee...


Obsesinya mau sekondang Luckin Coffee Inc. (NASDAQ: LK) dan Starbucks Corporation (NASDAQ: SBUX). Atau The Coffee Bean & Tea Leaf.


Dari mana venture capitalist itu dapat uang, ya dari orang/badan kaya raya, Limited Partners (LP) mereka: konglomerat, sindikasi perusahaan, konsorsium, dana pensiun... Mereka makelar juga, dapat management fee dan komisi 20%-30% kalau deal (exit).

Halaman:

Tags

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB