(Klikanggaran)--Apresiasi harus kita berikan ke Bu Menkeu & jajarannya, berikut juga Gubernur BI dan jajarannya. Dominasi pemberitaan & postingan di media massa dan sosmed akhir-akhir ini penuh berita tentang resesi ekonomi, ancaman PHK, pembatasan sosial yang ntah bagaimana, penolakan jenazah, NEGARA HUTANG lagi, dll. Wes jiaan, menuju kegelisahan to the max dan pusing pala berbie. Apalagi, anjuran untuk #dirumahsaja masih tetap berlangsung ya gaeeessss
Bikin ngemil melulu? masih untung ada yg dipakai ngemil. Anak-anak ribut melulu? Ya wajaaar, namanya juga bosen. Kalau kita ikutan marah-marah dan teriak-teriak...yang ada habis physical distancing ini dicabut, penderita darah tinggi melonjak. Wong anak-anak itu bisa diajak omong dan ngerti kok. Tugas sekolah numpuk? orang tua repot? huahahaha....lha katanya mau punya anak jenius, anak pinter, anak juara dan embel-embel lainnya. Pasrah bongkokan ke sekolah? MANA BISA. Yang penting itu, anak bahagia dan mampu menerima keadaan ini dengan rasional. Dah itu aja...lainnya ngikutin. Iiissh, malah ngelantur. Padahal mau nyetatusin tentang PANDEMIC BOND yg menimbulkan banyak kenyinyiran disana dan disini. Apalagi fokus pemberitaan terus menerus ke melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. dan berulang kali yang menjadi judul selalu dengan: GAWAT, BAHAYA, nilai kurs rupiah paling lemah se Asia, bersiap resesi seperti 1998, dkk nya lah.
Nooo.....ini bukan menyepelekan keadaan. IYA, SITUASI YG KITA HADAPI ITU SERIUS. LANGKAH YANG DITEMPUH PEMERINTAH, TERKADANG TIMINGNYA LUPUT. Terlebih melihat volatilitas pasar saham Indonesia dalam sebulan terakhir ini sungguh luar biasa. dinamika saham yang terjadi sangat unik. disini.....terlihat jelas arah pertumbuhan kita ke depan itu dimana.
Pun sudah disebutkan oleh Bu Menkeu, industri/ sektor yang akan tumbuh. Dimana? Sektor Biofarmaka, holtikultura, Food & Beverage, jasa logistik, jasa komunikasi dan tekstil. Sektor mana saja yang akan terkena dampak dalam? PARIWISATA, pertambangan, migas, serta Industri Keuangan & Perbankan. Naaaaah...hal yang mesti menjadi PELAJARAN BERHARGA bagi kita adalah, Sektor Perbankan akan menghadapi badai kedua karena UMKM Indonesia saat ini juga terdampak besar. Karakter UMKM Indonesia bergeser, bukan lagi memegang sektor produktif, tetapi beralih kepada UMKM jasa retail. melemahnya daya beli masyarakat, tentu ya langsung berdampak pada UMKM ini kan? Sudah dengar ya...gelombang PHK start up marketplace dari UMKM ini sebenarnya sejak akhir tahun lalu dan sedikit banyak akan berpengaruh pada UMKM termasuk yang berafiliasi dengan BUMDesa ?
Sampai disini, sudah kebayang ya....kondisi perekonomian yang kita hadapi dan miliki sebenarnya. Jangan heran ketika perdagangan kita defisit terus-terusan. Pak Presiden pun ngeluh, marah dan negur. Dana Desa sudah diserahkan sejak 2014, tujuannya unutk meningkatkan produktifitas masyarakat desa. Tetapi kok.... Dah, ini lain topik!
Gini lho gaeees, dengan Perpres 54/ 2020 tentang postur anggaran baru APBN 2020 yang difokuskan untuk penangananan Covid-19, sekaligus aturan pelaksana dari Perppu Nomor 1/ 2020 tentang Kebijakan Keuanganan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan, dimunculkan alternatif skema pembiayaan negara dengan yang namanya PANDEMIC BOND (ada di lampiran Perpres 54/2020). Okay....kita fokus ngomongingin tentang barang satu ini aja ya.....
Untuk menutup kekurangan pembiayaan penanganan dampak Covid-19 ini, dengan Perpres 54/ 2020 ini, pemerintah mengeluarkan Surat Utang Negara yang dinamakan Pandemic Bond dengan tenor 10,5 tahun; 35 tahun; dan 50 tahun. Okay, jangan asal mbengok dan nyinyir utang lagi. Ini adalah langkah strategis , taktis dan cerdas yang diambil jajaran Kemenkeu dan BI. Mekanisme Pandemic Bond ini adalah murni finance engineering yang dilakukan oleh kemenkeu dan BI untuk mendapatkan pembiayaan legal, formal dan sah sesuai dengan ketentuan peraturan Undang-Undang.
Dan nilai plusnya adalah....menunjukan TRUST/ Kepercayaan dari Investor Global terhadap langkah-langkah penanganan Covid 19 dan mengelola dampak setelahnya, dengan menjaga titik tumbuh ke depan pasca corona. Mau ngeyel cuma dari perdagangan saja? Lha wong komoditas harganya ambyar semua kok. Tuh...lihat aja harga migas.
Fakta ini, tentu didukung dengan hasil kajian dari Economist Intelligent Unit yang menyebutkan Indonesia menjadi satu dari 3 negara yang toidak akan mengalami resesi bersama dengan China dan India, pasca corona.
Selain itu, juga terbukti dengan tingkat kerjasama BI dengan mekanisme Repo Line dengan berbagai Bank Sentral Dunia: FedRev (AS); Bank of China; Bank Sentral Singapura, Bank Sentral Jepang dan Bank Sentral Korea Selatan. Dengan Federal Reserve (Bank Sentral AS), telah disepakati repo line senilai USD 60 miliar. Artinya apa? Kinerja BI dan moneter Indonesia dipercaya global.
Sehingga, jika sewaktu-waktu Indonesia membutuhkan dolar untuk keperluan pembayaran internasional secara cepat, Indonesia memiliki cadangan dana USD 60 miliar dari The Fed. Ini kerjasama yang biasa dilakukan oleh bank-bank sentral dalam situasi yang luar biasa...menjaga sistem keuangan dunia. JELAS TIDAK SEMPURNA, JELAS TRICKY....TETAPI INI ADALAH JALAN TERBAIK.
Kenapa? Indonesia berhak menentukan jalan menangani Covid 19 sendiri, berikut menentukan JALAN TUMBUHNYA sendiri. Naaaaaah...disinilah PR kita. Selain leadership dari pusat hingga daerah yang dibutuhkan, kerjasama dan kekompakan itu jelas...selain itu ketrampilan membaca POTENSI RIIL yang ada. Sebut saja.....Bu Menkeu jelas menyebutkan PARIWISATA adalah industri yang paling TERDAMPAK dan akan slow down. Berdasarkan kajian UNWTO, industri ini baru akan bangkit kwartal II tahun 2021.
Padahal Pariwisata, selama ini digadang menjadi PRIME MOVER Perekonomian Indonesia dengan 10 destinasi SUPER PRIORITAS. Nah lo? Gimana dong? Masih mau ngotot kejar yg baru ada marketnya tahun depan?
Terus pertambangan? Hihihi, ada beberapa komoditas yg akan tumbuh cepat, tapi time line nya sangat pendek. Sebut saja Batubara, nikel dan cobalt. Hanya selama China membutuhkan extra power untuk mempercepat industri manufaktur mereka. Industri migas? hehehe, ini juga sedang ajrut-ajrutan, semua sedang menunggu gerakan Rusia-Saudi Arabia. Yang jelas ekspor migas Indonesia pun terdampak. Padahal ini menjadi sumber pendapat negara kita yang maish dominan hingga saat ini. Hmmm...apa kabar Blok Masela ya?