Bersatu Lawan Coronavirus
Sekaliber New York Times, tentu tidak serampangan dalam menurunkan tulisan ke dalam kolom beritanya, 50 – 70 persen ini adalah skenario terburuk dan disasar adalah negara Amerika selaku kampiun dunia.
Harus ada perubahan dalam pencegahan dan penangan atas pendemi global tersebut. Tidak perlu saling mengandalkan apalagi menyalahkan, siapa dan negara mana yang bertanggung jawab. Seluruh warga dunia, tanpa dibatasi benua, negara apalagi bahasa dan warna kulit, semua harus bahu membahu melawan Covid 19 yang telah menghantui ummat manusia.
Dengan modal keyakinan masing-masing, Kita berdoa agar kecerdasan manusia segera menumpas virus corona sebelum ia mencapai puncak penyebarannya. Diilhami adegan film-film di atas, perlawan virus dilakukan dengan anti virus atau vaksin sebagai obat untuk menyembuhkan orang-orang yang terpapar virus, dan atau dibuat kamuflase untuk digunakan oleh manusia yang belum terpapar agar dapat mempertahankan diri atau untuk melawan serta terbebas dari virus pandemi tersebut.
Namun, dengan perinsip kehati-hatian, di balik sebuah musibah pasti ada biang keladi yang menyelam sambil minum air yang pasti tujuannya untuk kepentingan diri dan kelompok sendiri, membuat keributan dan membutakan mata hati dan pikiran kita. Maka hadapi Coronavirus ini dengan bijaksana dan cerdik tanpa harus memporak poranda kan kehidupan kita sehari-hari; bekerja, mengajar, belajar, mencari nafkah, bersilaturahmi, beribadah, bergembira, pesta, hajatan, berwisata dan lain sebagainya.
Melindungi diri dan keluarga sendiri adalah sangat benar dan penting, Allah SWT, Tuhan Yang Maha Tahu pun mengajarkan kita demikian, namun jangan sampai kita menjaga jarak diantara tetangga dan masyarakat lainnya, tanpa sadar kita akan kehilangan cinta kasih dalam hidup karena tidak ada lagi, peluk cium, cium tangan, mengelus dahi anak dan cucu, bersentuhan dengan orang yang kita muliakan, rangkul kangen, saying good bye with kiss dan lain sebagainya.
Karena sebetulnya keindahan itulah yang membuat kita bertahan dalam hidup dan kuat berjuang menghadapi masalah, salah satu nya penyakit.
Kita adalah bangsa timur, tempat matahari terbit. Tidak ada yang tidak terbakar dihadapan terik matahari, apalagi sekedar virus. Dua belas jam matahari mengitari bumi kita, artinya masih besar harapan kita bersama melawan pendemi global tersebut.
Mari kita beristiqfaar dan mohon ampun, semoga kita semua bersama-sama pemerintah, hand in hand, diberikan jalan yang terbaik untuk menanggulangi sakit dan penyakit Coronavirus ini secara cepat dan tepat.
Inshaa Allah segala usaha dan kebaikan yang kita lakukan membawa manfaat bagi bangsa, negara dan dunia kita, amin YRA.
Sebuah artikel opini oleh Prasetyo Nugraha
Isi merupakan tanggung jawab penulis artikel