opini

Politik Sandera

Selasa, 16 Juli 2019 | 10:00 WIB
Politik




Posisi Koster sebenarnya lebih keruh lagi. Percayakan saja pada saya karena saya menolak reklamasi. Lalu, bagaimana dengan Perpres No. 51/2014 itu? Perpres itu tidak akan ada pengaruhnya karena saya menolak reklamasi. Ini menjadi semacam "l'etat c'est moi" (the state, that's me) dari Koster.





Mengapa tidak mengusulkan saja dengan tegas dan jelas agar Perpres nas bedag ini dicabut? Senyap. Koster tentu tidak mau masuk ke sana. Perpres ini memberikan kekuasaan kepada dia. Karena, dalam definisinya, dia sendirilah pengambil kebijakan. Kita disuruhnya percaya pada dirinya, tanpa bisa mengontrol apa yang akan dia bikin.





Perpres No. 51/2014 ini ibaratnya adalah sebuah bom yang digantungkan di leher Anda. Detonator atau pemicu ledakan bom ini ada di tangan politisi.





Seperti Anda lihat di atas, politisi pertama berkata, "Hei, selama ini bomnya nggak meledak, kan?"





Politisi kedua bilang, "Tenang saja, selama detonatornya ada di tangan saya, bom itu tidak akan meledak."





Sementara bomnya sendiri? Good luck with it!





Lima tahun saya menanti jawaban: Apa sebenarnya yang Anda takutkan untuk mencabut Perpres itu, Bapak Presiden? Kalau tidak ada kepentingan apa-apa, mengapa tidak dicabut saja? Mengapa harus memelihara barang mubazir?


Halaman:

Tags

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB