Kita harus terus berihktiar, menjadi bagian dari upaya menegakkan etika dan kema'rufan dan bisa menjadi benteng rahasia negara seteguh-teguhnya.
SBY pernah berujar, moral dan etika, adalah pondasi kehidupan termasuk dalam berpolitik. Moral dan etika tetap diperlukan dan harus ada di sana. Dengan alas pikir seperti itu, logikanya tidak perlu ada sumber/dapur istana, kecuali bagian untuk seolah-olah demi lebih meyakinkan konten sampah yang akan dibuang.
Sebagai orang yang beruntung pernah berada di pusat kekuasaan negeri ini, jika saya harus percaya hoax tentang Agus dimaksud, maka menjadi tuntutan moral bagi saya untuk bersikap adil dengan harus percaya juga pada berbagai isu sejenis yang berputar-putar di istana. Juga harus percaya tentang kasus terkait reklamasi; Sumber Waras; dana bermilyar-miryar untuk kumpulkan KTP; tentang ucapan lantang Ahok, "Jokowi menjadi Presiden karena duit dari pengembang"; dan lain-lain.
Catatan Akhir
Mari kita tunggu hasil Rikkes Cagub/Cawagub DKI. Bila copas fitnah tentang kesehatan Agus benar, pasti dia tidak lolos. Atau, lolos dengan catatan-catatan yang tidak ringan. Sama halnya dengan tuduhan sementara pihak kepada Ahok sebagai psikopat. Bila memang benar, tim medis dan KPU tidak ada kepentingan untuk menyembunyikannya.
Mari kita dorong KPK untuk waras, berani, dan obyektif menumpas korupsi. Dalam konteks Pilkada, ya harus dimulai dari tahapan paling mula, termasuk Rikkes ini. Jangan sampai terjadi lirikan mata dan transaksi tertentu, agar lolos seleksi administrasi termasuk di dalamnya lolos test kesehatan.
Adapun terhadap dugaan rumah kaca kasus korupsi di Pemda DKI, KPK juga harus berani bertindak. PDIP harus mau kembali menjadi komandan memberantas korupsi seperti sebelumnya, ketika dengan gagah perkasa memecahkan rumah kaca KPK, sehingga institusi anti korupsi ini luluh-lantak, hancur berkeping menjadi debu.
Tentu, senyampang tahapan Pilkada masih di garis start. Tidak perlu menunggu FPI marah lagi, mahasiswa bangun dari bius lalu demonstrasi, media siuman dari mabuk sehingga lebih adil dan berimbang beritanya, dan lain-lain.
Jangan menunggu rakyat ngamuk, karena baru mengerti setelah selama ini gagal sadar atas keengahannya .... Duh Gusti ..., betapa mahal tebusannya, jika kemudian ternyata ada gubernur yang dilantik di penjara; atau baru ganti jas pelantikan langsung dicokok dan ditohok karena rumah kacanya pecah dan nampaklah musang yang selama ini bertopeng bulu ayam.
Merdeka!