KLIKANGGARAN -- Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar terlihat hadir di hotel Sultan, saat pleno penetapan PJ ketum PBNU. Meski tidak duduk di ruangan pleno dan tidak tersorot media, Cak Imin terdeteksi berbincang sambil terkekeh ketika Saifullah Yusuf (Mensos dan eks sekjen PBNU Kramat), nyletuk sesuatu.
Bobot politik kehadiran cak Imin di pleno itu, sejatinya melebihi kehadiran siapapun, termasuk Rois Aam. Kenapa? Pertama, NU adalah ekosistem dan pemangku kepentingan utamanya (stakeholder) adakah PKB. Kehadiran itu menyiratkan dukungan langsung dan pemihakan cak Imin ke PBNU sultan.
Kedua, kehadiran Rois Aam, Saifullah Yusuf, Khofifah, M Nuh, Habib Lutfi, bahkan Nasarudin Umar (menteri agama), tidak secara kuat bisa dibaca sebagai representasi kekuatan politik apapun. Mereka hadir bukan representasi negara, bukan pula representasi kekuatan sosial agama (NU kultural).
Rois Aam sejak awal menahkodai NU, diselimuti kabut tebal tentang keberpihakannya pada Front Pembela Islam (FPI). Kyai dari Kedung Tarukan itu juga disorot kontroversinya terkait isu Nasab Habib. Belum lagi kiprah kareirnya yang belepotan dengan serangkaian pemecatan (Ali Maschan Moesa, Marzuki Mustamar dan Yahya Cholil Tsaquf).
Sementara secara genealogi, Kyai Miftah bukan berasal dari gen grade A kaum Nahdliyin. Hal ini berbeda dengan mayoritas Rois aam sebelumnya. Secara berurutan berikut adalah nama-nama Rais ‘aam; Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari. Salah satu pendiri NU itu, menjadi rais akbar pada 1926 hingga 1947.
Kemudian KH A Wahab Chasbullah (1947-1971), dilanjut KH BIsri Syansuri (1971-1980), KH M Ali Maksum (1980-1984), dan KH Achmad Siddiq (1984-1991). Kemudian KH Ali Yafie (1991-1992), KH Moh Ilyas Ruhiyat (1992-1999), KH M A Shal Mahfudh (1999-2014), KH A Mustofa Bisri (2014-2015), KH Ma’ruf Amin (2015-2018), dan KH Miftachul Akhyar (2018-2027).
Maruf amin, Sahal Mahfudz. Rois Aam sebelum kyai Miftah nyaris tidak ada yang mempersoalkan genealogi luhurnya.
Dengan genealogi yg biasa, kyai Miftah bukanlah kyai dengan kharisma yang kuat dalam jajaran kyai-kyai NU. Kharisma dan wibawa kyai Miftah di antara jejaring pesantren-pesantren utama, berada di luar jangkauan pengasuh pesantren Miftahussunah Surabaya ini. Kyai Miftah tidak memilik konfidensi di depan Lirboyo, Ploso, Sidogiri bahkan di Sarang, sekalipun. Tetapi kyai Miftah belakangan menguat wibawa politiknya sebagai bagian dari circle games yang dimainkan duet Saifullah Yusuf dan Muhammad Nuh.
Tak beda dengan peran sentral Saifullah dan M. Nuh, dalam dinamika ini. Sebagai Mensos, Gus Ipul jeblok mengawal program prioritas presiden Prabowo: Sekolah Rakyat.
Sebagai salah satu dari hanya tiga program kerakyatan Prabowo (dua yang lain: Makan Bergizi Gratis dan Koperasi Merah Putih), Sekolah Rakyat sepi-sepi saja. Belum lagi terkait bencana hebat di tiga propinsi di Sumatera, koordinasi dan konsolidasi Kemensos dengan lembaga negara lain, senyap dari berita.
Sedang, peran sentral M Nuh, profiling -nya tidak sebanding dengan bobot politik manuver yang dilakukan mantan Mendiknas ini. M Nuh adakah expired leader, yang memahami tradisi NU (barzanji, Yasinan-tahlilan) secara baik, tetapi gagap dengan tradisi pesantren (Ta'lim Mutaalim, atau bahkan gramatikal arab dasar). Tidak berlebihan jika tokoh dari Rungkut Surabaya ini, disebut sekedar mencari panggung terakhir di sisa-sisa energi kepemimpinannya .
Kehadiran khofifah juga layak dianalisis. Gubernur perempuan pertama Jatim ini, di era kedua kepemimpinannya, nyaris tidak efektif. Dia tersandra kasus hibah. Keehadirannya di pleno itu tak ubahnya "jika tak ada rotan, akar-pun jadi", jika tidak ada backup negara (presiden), semoga peruntungan ada di (Pj ketum) PBNU. Hal ini penting, sebab kabarnya relasi dan reaksi Khofifah terhadap Ketum PBNU Yahya Tsaquf, kurang harmonis.
Terakhir, tidak lupa analisis juga menyasar habib Lutfi, mudir aam idaroh Aly jatman yang dipaksa turun oleh Yahya Tsaquf. Pengaruh sang Habib Pekalongan ini meredup seiring gempuran hebat "tesis nasab" kyai Imadudin usman dari Banten. Majelis sang habib, sepi. Ruang tamu rumahnya juga tidak padat lagi oleh hilir mudik pejabat sipil, militer maupun polri yang mengharap rekom promosi. Habib Lutfi sejatinya telah finish!
Ketiga, kehadiran Muhaimin, secara tidak langsung bisa dibaca sebagai deklarasi "mufaroqoh' dengan Ploso dan Lirboyo. Jika analisis ini benar, PKB benar-benar tidak membela yang benar. PKB Blunder.
Paket M Nuh dan Nusron Wahid
Paket Nuh-Nusron (NN), sejatinya secara terbatas telah digagas oleh Nusron Wahid. NW setelah lebaran idul Fitri 2025 di kalangan internal, telah diskusi intens. Paket ini bisa disebut ideal. Nuh representasi tokoh senior teknokratik. Nusron representasi salah satu rising star NU dengan latar politisi.