opini

Bahasa Gaul: Bayang-bayang yang Mengancam Identitas Bahasa

Senin, 23 Juni 2025 | 13:05 WIB
Ilustrasi (Istimewa)

KLIKANGGARAN -- Bahasa Indonesia bukan sekadar alat komunikasi, melainkan cerminan identitas bangsa yang telah menyatukan Nusantara sejak Sumpah Pemuda 1928. Sebagai lambang persatuan, bahasa berfungsi menjaga kekayaan budaya kita. Namun, semakin maraknya bahasa gaul dengan istilah seperti “anjay”, “mager”, dan “cringe” menimbulkan ancaman serius terhadap keanggunan dan kemurnian Bahasa.


Bahasa gaul berdampak signifikan pada kemampuan berbahasa formal, terutamanya di kalangan generasi muda. Menurut laporan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2022), penggunaan kosa kata nonbaku di kalangan pelajar meningkat dalam lima tahun terakhir, sebagian besar dipengaruhi oleh Bahasa Gaul.

Media nasional seperti Kompasiana (2024) juga melaporkan bahwa banyak siswa SMA di kota besar mencampurkan istilah seperti “gue” dan “lo” dalam tugas esai, menunjukkan kurangnya pemahaman tentang tata bahasa baku. Fenomena ini diperparah oleh media sosial, di mana bahasa gaul menjadi norma komunikasi sehari-hari.

Baca Juga: Resonansi Rasa: Menyikapi ABK (Anak Berkehebatan Khusus)

Lebih mengkhawatirkannya lagi, bahasa gaul sering menjadi pintu masuk penetrasi budaya asing. Laporan Badan Bahasa (2022) mencatat bahwa lebih dari 50% istilah gaul populer di kalangan remaja berasal dari bahasa Inggris, seperti “spill” (ceritakan) dan “lit” (hebat), yang menggantikan kosakata lokal.

Artikel di Tempo (2023) menyoroti bahwa penggunaan istilah asing ini tidak hanya mengikis identitas budaya, tetapi juga menciptakan jurang komunikasi antargenerasi. Misalnya, generasi muda kesulitan memahami teks resmi atau berkomunikasi dengan generasi yang lebih tua yang menggunakan Bahasa Indonesia baku. Dalam dunia kerja, penggunaan istilah seperti “santuy” dalam konteks formal dapat mengurangi profesionalisme.

Meski demikian, bahasa gaul tidak sepenuhnya negatif. Istilah seperti “santuy” atau “gemoy” mencerminkan kreativitas generasi muda dalam mengekspresikan emosi dan tren masa kini. Bahasa gaul juga memfasilitasi komunikasi yang lebih santai dan inklusif di kalangan remaja.

Namun, ketika istilah-istilah ini merasuk ke ranah formal, seperti pendidikan atau pekerjaan, dampaknya menjadi kontraproduktif. Oleh karena itu, inovasi bahasa harus diarahkan agar tetap selaras dengan identitas budaya Indonesia.

Baca Juga: Rifaya, Siswa SMA Future Gate, Bekasi Diterima di Psikologi Unpad: Berkat Niat, Kerja Keras, serta Kekuatan Mottonya 'Urip iku Urup'

Untuk mengatasi ancaman bahasa gaul, diperlukan langkah konkret. Pemerintah melalui Badan Bahasa, dapat meluncurkan kampanye “Bahasa Indonesia Keren” yang memadukan kosa kata baku dalam konten media sosial, seperti video pendek di TikTok atau Instagram Reels. Sekolah-sekolah dapat mengadakan lomba menulis cerpen atau esai dalam Bahasa Indonesia baku dengan tema populer untuk menarik minat siswa.

Selain itu, kolaborasi dengan influencer muda dapat mempromosikan istilah lokal, seperti mengganti “spill” dengan “ceritain” dalam konten daring. Program serupa pernah berhasil, seperti kampanye revitalisasi bahasa daerah oleh Badan Bahasa (2023), yang meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap bahasa lokal.

Bahasa Indonesia adalah jembatan yang menghubungkan kita dengan sejarah dan identitas bangsa. Jika kita membiarkan bahasa gaul tumbuh tanpa kendali, kita berisiko kehilangan warisan budaya yang telah menyatukan Nusantara.

Baca Juga: Inilah Sosok Moch Ihsan, Anak yang Tega Aniaya Ibu Viral di Media Sosial, Apa Alasannya?

Mari bersama-sama menjadikan Bahasa Indonesia sebagai kebanggaan, bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga cerminan jati diri bangsa. Dengan sinergi antara pemerintah, pendidik, dan generasi muda, kita dapat menjadikan bahasa nasional sebagai mercusuar budaya di tengah arus globalisasi.

Halaman:

Tags

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB