KLIKANGGARAN -- Bapa Aing, julukan yang diberikan kepada Kang Dedi Mulyadi (KDM), telah menjadi fenomena baru sosok kepemimpinan di Indonesia. Tidak ada Gubernur Jawa Barat setenar beliau sepanjang beberapa tahun belakangan.
Latar belakang KDM yang sebelum menjadi Gubernur sudah menjadi Content Creator setidaknya sebagai salah satu penyebab popularitas beliau di kalangan masyarakat.
KDM boleh jadi paham bagaimana algoritma medsos itu berjalan. Beliau dan timnya boleh jadi paham bagaimana meningkatkan viewer dan subscriber sampai akhirnya menghasilkan "cuan" sbg content creator.
Sindiran terhadap beliau sebagai Gubernur Konten pun muncul. Bahkan, dari sesama Gubernur sendiri. Beliau tidak peduli. Beliau menjawab, "Lebih baik menjadi Gubernur Konten daripada Gubernur yang molor".
Beliau pun menegaskan dengan dirinya sebagai content creator, Pemprov Jawa Barat mampu menghemat biaya belanja iklan yang biasanya 50 miliar menjadi 3 miliar.
Antitesis Pemerintah Sebelumnya
Pada penyelenggaraan shalat Idulfitri tahun 2025 kemarin, Kang Dedi sempat mengisi sambutan. Dalam sambutannya, beliau melakukan autokritik. Beliau mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang paling banyak "memungut" uang dari masyarakat, entah itu pajak entah itu zakat.
Namun, beliau melanjutkan, "pungutan" tersebut tidak mampu menyelesaikan masalah kemiskinan di Indonesia. Rasa keadilan belum terwujud di negara yang beriman dan beramal saleh ini. Beliau mengakui bahwa ini pertanda penyelenggara negara belum bisa memaknai dan memahami Islam secara paripurna. Beliau pun memohon maaf atas hal tersebut.
Autokritik ini jelas menunjukkan bahwa KDM merupakan antitesis dari pemerintahan sebelumnya yang cenderung kaku dan antikritik. Di satu sisi, ini angin segar bagi rakyat. Di sisi lain ini pecutan bagi pemerintah sendiri untuk berani keluar dari "zona nyaman" sbg penyelenggara negara yang selalu "cari aman". Jangan sampai autokritik ini hanya mewakili KDM, tidak mewakili Pemprov Jawa Barat.
Penulis: Alfi Irsyad Ibrahim