2. Mengedukasi perbedaan antara bahasa formal dan informal, serta pentingnya kemampuan beradaptasi dalam situasi yang berbeda.
3. Mengintegrasikan konten populer sebagai bahan pembelajaran, misalnya menganalisis video TikTok atau YouTube untuk mengembangkan keterampilan membaca kritis dan berpikir reflektif.
4. Mendorong penggunaan bahasa Indonesia dengan cara kreatif, seperti menulis cerita pendek, puisi digital, atau konten media sosial yang menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik.
5. Bahasa adalah identitas bangsa. Oleh karena itu, edukasi literasi harus menanamkan kebanggaan terhadap Bahasa Indonesia. Pemerintah, sekolah, dan masyarakat perlu mendorong ekosistem yang mendukung penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar tanpa mematikan kreativitas berbahasa anak.
6. Misalnya, kompetisi vlog berbahasa Indonesia, pelatihan influencer muda yang menekankan penggunaan bahasa yang santun dan cerdas, serta penggunaan bahasa Indonesia dalam gim edukatif bisa menjadi solusi inovatif.
Penggunaan bahasa gaul dan asing di kalangan Generasi Alfa adalah realitas linguistik zaman ini. Tugas kita bukan melarang, tetapi mengarahkan. Edukasi literasi yang adaptif dan cerdas perlu dikembangkan agar mereka tidak hanya mampu berkomunikasi lintas budaya, tetapi juga tetap memiliki keterampilan bahasa yang kuat dan identitas kebangsaan yang kokoh. Literasi bukan hanya soal membaca dan menulis, tapi juga memahami dan mencintai bahasa sendiri.