opini

Problem dan Tantangan Kepala Daerah Terpilih di Sulawesi Selatan

Minggu, 29 Desember 2024 | 17:45 WIB
Nursalim Ramli (LHr)

Penulis: Nursalim Ramli

KLIKANGGARAN --- Pasca-KPU menetapkan pasangan calon pemenang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Sulawesi Selatan (Sulsel), Insya Allah, sesuai agenda KPU dalam waktu dua atau tiga bulan ke depan akan terjadi pergantian pimpinan daerah secara serentak di Sulsel, dalam hal ini, Gubernur, Bupati dan Wali Kota.

Pergantian pimpinan daerah, khususnya di 24 kabupaten dan kota diharapkan dapat menjadi problem solving serta harapan baru bagi masyarakat Sulawesi Selatan atas berbagai problem yang dihadapi masyarakat, khususnya masalah lapangan kerja, kemiskinan, banjir, dan lain sebagainya.

Realisasi visi-misi, program unggulan, serta janji politik kepala daerah terpilih saat kampanye sangat dinantikan oleh masyarakat.

Optimisme masyarakat kepada pimpinan baru untuk melakukan perbaikan atas masalah yang dihadapi selama ini sangat tinggi. 

Namun, dengan kondisi global dan ekonomi nasional yang berjuang saat ini, dipastikan tidak mudah untuk mewujudkannya.

Kepala daerah terpilih dihadapkan pada tantangan yang cukup berat dengan kondisi fiskal yang tidak stabil.

Kondisi tersebut berimplikasi terhadap munculnya sejumlah masalah yang cukup kompleks dan berdimensi luas menyentuh seluruh aspek kehidupan sosial masyarakat.

Bila dicermati problem dan tantangan tersebut, dalam diskusi terbatas dengan teman-teman saat penulis masih aktif sebagai ASN, disimpulkan bhwa kepala daerah terpilih menghadapi tiga bencana besar, yaitu: (1) Bencana sosial dalam aspek sosial ekonomi, seperti masalah  lapangan kerja, kemiskinan, dan tengkes; (2) Bencana alam, di mana banjir terjadi di sejumlah daerah; dan (3) Bencana fiskal yang cukup serius dan mematikan.

Bencana fiskal memengaruhi kapasitas APBD sejak 2022. APBD dalam implementasinya tidak lagi berbasis pada perencanaan, tetapi berbasis kas.

Angka-angka pendapatan dan belanja yang tertulis dalam APBD  tidak sepenuhnya bisa dilaksanakan. Tingkat akurasinya sangat rendah. Tergantung dari ketersediaan kas.  

Anomali APBD tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain proyeksi pendapatan yang sudah dipatok dalam APBD capaiannya tidak maksimal.

Target PAD juga tidak bisa dipertanggungjawabkan, karena tingkat realisasinya sangat rendah.

Bahkan terkadang hanya dijadikan sebagai angka-angka taktis yang bersifat administratif agar postur APBD seimbang antara belanja dan pendapatan.

Halaman:

Tags

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB