opini

Refleksi Pribadi: Mengapa Sejarah Sastra, Kritik Sastra, dan Feminisme Penting Dipelajari?

Kamis, 19 Desember 2024 | 08:57 WIB
Ilustrasi (Sumber: Ragam Sastra)

Dalam novel Samani karya Ayu Utami, saya belajar bagaimana perempuan yang selama ini diabaikan, akhirnya diberi kesempatan untuk didengarkan. Saya juuga terinspirasi oleh cara feminism tidak hanya mengkritik soal-menyoal pekerjaan, namun juga menawarkan solusi untuk menghadirkan sosok perempuan tangguh.

Hal ini mendorong saya untuk melihat sastra daru sudut pandanga baru, dan bertanya pada diri sendiri: Apakah suara perempuan didengar? Apakah perempuan mampu berkembang?

Dengan cara ini, feminism dalam sastra membantu saya untuk lebih kritis terhadap narasi yang sering kali bersifat eksis.

Sejarah sastra, kritik sastra, dan juga feminism telah mengubah cara kita memandang sastra dan dunia. Ketiga hal tersebut tidak hanya menjadi bahan kajian akademisi, namun juga pelajaran hidup yang membantu saya memahami bagaimana karya sastra dapat menjadi sebuah refleksi, kritik, dan sarana perubahan.

Melalui tulisan ini saya ingin menekankan bahwa kajian sastra tidak hanya sekedar membaca cerita, tapi juga pengetahuan tentang manusia dan masyarakat dalam berbagai dimensi. Sebagai ulasan sastra Indonesia, saya merasa bertanggung jawab untuk terus menjaga sastra dalam kehidupan modern. Melalui pembacaan kritis dan evaluasi terhadap karya-karya yang memberikan suara bagi mereka yang selama ini dibungkam.

Penulis: Gempar Aji (Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang)

Halaman:

Tags

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB