Krisis Literasi di Indonesia : Tantangan Digital dan Teknologi di Era Modern

photo author
- Selasa, 21 Januari 2025 | 20:05 WIB
images_berita_Okt16_1-DONI-Literasi
images_berita_Okt16_1-DONI-Literasi


KLIKANGGARAN -- Di era yang serba digital seperti sekarang ini, kita menghadapi tantangan besar dalam hal literasi. Literasi yang dimaksud bukan hanya sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan untuk memahami, mengolah, dan memanfaatkan informasi dengan bijak.

Di Indonesia, tantangan ini semakin kompleks karena cepatnya perkembangan teknologi digital yang seakan tak terbendung. Di satu sisi, teknologi memberikan kemudahan, tetapi di sisi lain, kita juga melihat adanya krisis literasi yang cukup mengkhawatirkan, terutama dalam konteks literasi digital.

Literasi digital kini menjadi keahlian yang harus dimiliki setiap orang, terutama di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi. Internet memungkinkan kita mengakses berbagai informasi dalam hitungan detik, namun jika tidak disikapi dengan bijak, kita akan mudah terjebak dalam penyebaran berita bohong (hoaks), informasi yang tidak akurat, atau bahkan penipuan online.

Baca Juga: Kronologi dan Alasan Livy Renata Trending di X, Apa Kaitannya dengan Deddy Corbuzier?

Hal ini menjadi masalah besar karena banyak masyarakat, terutama di daerah-daerah yang belum sepenuhnya terjangkau teknologi, tidak memiliki keterampilan untuk memilah informasi yang benar. Padahal, kemampuan ini sangat penting, mengingat hampir semua aspek kehidupan kini bergantung pada teknologi.

Literasi digital mencakup berbagai keterampilan, seperti kemampuan untuk mencari informasi yang valid, mengenali hoaks, dan menjaga privasi di dunia maya. Sayangnya, tidak semua masyarakat Indonesia memiliki keterampilan ini. Banyak orang, bahkan yang sudah dewasa, belum sepenuhnya memahami bagaimana cara bekerja dengan informasi secara efektif di dunia digital.
Ini tentu akan berdampak pada kualitas kehidupan, karena ketidakmampuan untuk memahami dan memanfaatkan informasi dengan benar dapat menyebabkan keputusan yang salah, baik dalam kehidupan pribadi, politik, maupun ekonomi.

Pendidikan adalah salah satu sektor yang paling terkena dampak dari krisis literasi ini. Meskipun kini sudah banyak upaya untuk memasukkan teknologi ke dalam sistem pembelajaran, kenyataannya masih ada banyak daerah di Indonesia yang kesulitan mengakses fasilitas pendidikan yang memadai.

Baca Juga: Gaya ala Nazi Elon Musk di Pelantikan Donald Trump, Ternyata Pernah Minta Warga Jerman Pilih Partai Anti Imigran

Di kota-kota besar, penggunaan teknologi dalam pendidikan memang sudah mulai diterapkan, namun di banyak wilayah pedesaan, keterbatasan perangkat digital dan koneksi internet masih menjadi hambatan besar. Hal ini menciptakan kesenjangan antara anak-anak yang tumbuh di daerah yang sudah terpapar teknologi dengan mereka yang tidak memiliki akses yang sama.

Selain itu, meski sebagian besar sekolah sudah mulai mengenalkan teknologi kepada siswa, masih banyak guru yang belum sepenuhnya terampil menggunakan alat-alat digital untuk mengajar. Ini menyebabkan pemanfaatan teknologi dalam pendidikan tidak optimal.

Di luar pendidikan formal, fenomena lain yang tidak bisa diabaikan adalah kecenderungan banyak orang untuk menghabiskan waktu lebih banyak di media sosial daripada membaca buku atau mencari informasi yang lebih mendalam.
Media sosial sering kali menjadi sumber utama bagi banyak orang untuk mendapatkan informasi, tetapi sayangnya, informasi di platform ini tidak selalu akurat atau bermanfaat. Kebiasaan ini, ditambah dengan minimnya pemahaman tentang cara mengidentifikasi sumber yang tepercaya, memperburuk krisis literasi digital yang ada.

Generasi muda, yang hampir seluruh hidupnya terhubung dengan internet, cenderung lebih nyaman mencari informasi di media sosial. Mereka lebih sering mengonsumsi konten ringan dan cepat daripada membaca artikel panjang atau buku yang membutuhkan pemahaman lebih mendalam. Hal ini mengarah pada penurunan kemampuan berpikir kritis dan analitis.
Masyarakat jadi cenderung lebih mudah menerima informasi tanpa mengevaluasi kebenarannya terlebih dahulu. Padahal, kemampuan untuk berpikir kritis sangat penting di era digital ini, di mana kita dihadapkan pada informasi yang datang begitu cepat dan beragam.Mengatasi krisis literasi ini bukanlah tugas yang mudah, tetapi bukan pula hal yang mustahil.

Langkah pertama yang perlu diambil adalah memperkuat pendidikan literasi digital di sekolah-sekolah, baik di kota besar maupun daerah terpencil. Kurikulum yang mengajarkan cara mengakses, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi secara efektif harus lebih diprioritaskan.
Akses internet yang merata dan murah akan membantu siswa dan masyarakat secara umum untuk lebih mudah mengakses informasi. Tanpa akses yang cukup, gap digital yang ada hanya akan semakin lebar dan memperburuk masalah literasi digital.Kesadaran akan pentingnya literasi digital juga harus dibangun di kalangan masyarakat umum.
Kesimpulan

Krisis literasi di Indonesia, khususnya dalam hal literasi digital, adalah masalah yang mendesak untuk diselesaikan. Di dunia yang semakin digital ini, kemampuan untuk mengakses, mengolah, dan menyebarkan informasi dengan bijak bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan. Untuk itu, kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, dan keluarga sangat penting dalam membangun generasi yang tidak hanya melek teknologi, tetapi juga cerdas dalam memanfaatkannya.

Agar Indonesia dapat berkompetisi di kancah global dan memanfaatkan potensi teknologi secara optimal, kita harus memastikan bahwa setiap individu di negara ini memiliki keterampilan literasi yang memadai. Ini bukan hanya tentang kemampuan membaca atau menulis, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa berpikir kritis, mengelola informasi, dan menggunakan teknologi dengan bijak. Dengan begitu, kita bisa menciptakan masyarakat yang lebih cerdas, adaptif, dan siap menghadapi tantangan dunia yang terus berkembang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X