Baca Juga: Inilah Ketentuan dalam Melaksanakan Upacara Bendera Hari Guru Nasional 2021
Sementara itu, dalam agama Hindu, memiliki keterkaitan yang sama, yakni mengajarkan betapa pentingnya moderasi beragama karena setiap zaman yang terjadi pembaharuan tentunya telah menekankan pada sebuah konsep perubahan aktual.
Kalau dalam agama Buddha, moderasi beragama menempatkan dirinya melalui empat prasetya Sang Buddha Gautama, yakni saling menolong, menolak nafsu keduniawian, mengamalkan dharma, dan berusaha mencapai pencerahan sempurna. Kalau di Konghucu moderasi diartikan sebagai junzi, beriman, dan berbudi luhur.
Perlu dicatat juga, jika Indonesia bukanlah negara agama, melainkan negara yang menjalankan prinsip kehidupan berbasis agama. Lahirnya keberagaman tidak harus dipertentangkan.
Hal ini juga yang diutarakan oleh pemateri sekolah moderasi beragama, yakni Humaidi saat menyampaikan materi berjudul ‘Moderasi Beragama Dalam Tinjauan Teologis, Yuridis, dan Sosiologis’. Humaedi mengatakan jika moderasi beragama ini lebih menekankan pada sebuah kesamaan, bukan justru mempertajam jurang perbedaan.
Baca Juga: Mengapa Hari Guru Nasional pada Tanggal 25 November?
Sehingga peran mahasiswa dalam membangun moderasi beragama dan membangun citra sebagai manusia mesti bersedia dan mampu mengemban amanah secara amar ma’ruf nahi munkar dengan menumbuhkan karakter Al Shidq, Al Amanah wa al wafa bi alahdi, Al Ta’awun, dan Al Istiqamah.
Selain itu, para mahasiswa yang mengikuti sekolah moderasi beragama ini sekiranya mampu menumbuh kembangkan sikap maupun perilaku sosial yang meliputi Tawasuth dan I’tidal, Tawazun, serta Amar ma’ruf nahi munkar.
Dari hal-hal ini, sikap maupun perilaku tersebut akan melahirkan komitmen dalam menjunjung nilai dan norma ajaran Islam, serta kebersamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Agama adalah sumber kebenaran yang dipercayai secara personal sehingga dalam mempercayai sebuah kebaikan, hendaknya perlu mewujudkan dalam berperilaku.
Baca Juga: Michael Carrick Nahkodai Manchester United untuk Sementara, Mampukah Memperbaiki Keadaan?
Semakin baik akhlak manusia, semakin baik agamanya. Karena akhlak merupakan penganut agama dan pantulan agama dari manusia itu sendiri.
Hidup di negara seperti Indonesia yang beragam tentunya tidak bisa secara terus-menerus memaksakan kebenaran. Karena sebuah kebenaran, tidak datang dari paksaan.***
Artikel ini ditulis oleh Annas Eka Wardhana, mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
Artikel Terkait
Misteri di Balik Ketinggian Gunung Lawu, Pendaki Mau Selamat? Baca Ini
Syukur Waktu 10, Mari Bangkit dan Berkarya !!!
Menulis sebagai Self Healing, Sebagus Itukah Dampaknya? Ini Ada Satu Kisah
Menulis dan Menabung Apa Hubungannya, ya? Ini Fakta untuk Anda
Destinasi Wisata, Mengenal Tradisi Melukat di Bali, yuk
Anda Gandrung Drakor? Orang Korea Itu Jatuh Cinta pada Negeriku!
Cirebon Tidak Bisa Dilepaskan dari Sejarah Mataram
Mengapa Hari Guru Nasional pada Tanggal 25 November?
Inilah Ketentuan dalam Melaksanakan Upacara Bendera Hari Guru Nasional 2021