Cirebon Tidak Bisa Dilepaskan dari Sejarah Mataram

photo author
- Senin, 22 November 2021 | 21:02 WIB
PSN bersama Ibu Ratu Kesultanan Kasepuhan (dok. Klikanggaran/Ist)
PSN bersama Ibu Ratu Kesultanan Kasepuhan (dok. Klikanggaran/Ist)

KLIKANGGARAN--Paguyuban Sejarawan Ngayogyakarta (PSN) kembali melakukan kunjungan dan riset di lokasi yang terkait dengan Kerajaan Mataram. Kali ini yang dikunjungi pengurus dan anggota PSN adalah Kesultanan Kasepuhan, Kesultanan Kanoman, dan Kesultanan Kacirebonan pada Sabtu dan Minggu 20 dan 21 November 2021.

Anggota PSN Chaterina Ety, Lilik Suharmaji, Mei Ujianti, Pradana, Marmayadi dan Yulianto, datang dari Kota Yogyakarta menuju Kota Cirebon khusus studi tentang hubungan Kesultanan di Cirebon dengan Kerajaan Mataram. Dalam studi selama dua hari itu banyak informasi-informasi yang didapat dari lapangan tentang hubungan antara Cirebon dengan Mataram abad ke-17 pada masa pemerintahan Sultan Agung dan Amangkurat I.

Dalam sebuah kesempatan Chaterina Ety, mengungkapkan bahwa hubungan antara Mataram dengan Cirebon pada mulanya diawali dengan penaklukkan Senapati kepada Cirebon dan hubungan itu kemudian diteruskan oleh Sultan Agung dengan menikahi putri dari Cirebon dan dijadikan sebagai permaisuri.

Baca Juga: Nessie Judge, YouTuber dengan 8,67 Juta Subscriber, Diselingkuhi Kekasihnya, Kebayang Kan Reaksi Netizen??

Hubungan Mataram dengan Cirebon mengalami surut ketika berlangsungnya suksesi, Sultan Agung lebih memilih Pangeran Sayidin dari permasuri yang berasal dari Batang yang masih keturunan Ki Juru Martani daripada Pangeran Syahwawrat putra dari Putri Cirebon yang masih keturunan Sunan Gunung Jati.

Alasan yang diberikan Sultan Agung saat itu bila dilihat dari trah, menurut tradisi Mataram keturunan Ki Juru Martani trahnya lebih unggul dari pada keturunan Sunan Gunung Jati. Setelah Pangeran Sayidin naik takhta Mataram dia bergelar Susuhunan Amangkurat I.

Walaupun Sultan Agung lebih memilih Putri dari Batang bukan Putri dari Cirebon tetapi rasa hormat Sultan Agung kepada Panembahan Ratu I yang merupakan guru spiritual dan mertuanya masih tetap kuat.

Baca Juga: Perusahaan Sawit di Sumatera Ini Perusahaan Terbesar di Asia, Kelola Lahan 100 Ribu Ha dengan Karyawan Ribuan

Saat itu memang raja-raja Mataram menganggap bahwa Cirebon adalah vasalnya Mataram walaupun beberapa sumber mengatakan Cirebon bukan vasal Mataram, tandas Chaterina Ety. Alasan itu bisa jadi karena memang Cirebon masih dianggap keluarga Mataram karena dengan adanya ikatan perkawinan politik.

Sementara itu Lilik Suharmaji menambahkan bahwa ketika Mataram diperintah oleh Amangkurat I, raja keempat itu mencoba menyambung lagi tali perkawinan politik yang sempat surut karena gagalnya Pangeran Syahwawrat naik takhta Mataram agar Cirebon tetap mendukung Mataram dalam percaturan politik, agama dan ekonomi.

Amangkurat I menikahkan putrinya yang bernama Nyi Raden Ayu Mataram yang merupakan putri Ayu Wetan dari keluarga Kajoran dengan Panembahan Girilaya atau Panembahan Ratu II yang merupakan cucu dari Panembahan Ratu I.

Baca Juga: Kadis PdK Kabupaten Batang Hari Akan Proses Dugaan Pelanggaran Disiplin Guru SD Batang Hari

Dari pernikahan politik inilah menurut Lilik Suharmaji lahir orang-orang terkemuka Cirebon yang membentuk sejarah Cirebon sampai sekarang. Putra-putra yang lahir itu adalah pertama Pangeran Mertawijaya yang kelak akan menjadi Sultan Kasepuhan, kedua Pangeran Kertawijaya yang kelak akan menjadi Sultan Kanoman. dan ketiga Pangeran Wangsakerta yang kelak menjadi Sultan Kacirebonan.

Dari Pangeran Cirebon itu yang menarik adalah pada masa mudanya mereka pindah ke Istana Mataram mengikuti jejak ayahandanya Panembahan Girilaya untuk melakukan tradisi magang di Mataram.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X