KLIKANGGARAN -- Pada Muktamar ke-34 NU yang berlangsung pada tanggal 23-24 Desember 2021 akhirnya Yahya Cholil Staquf terpilih secara resmi menjadi Ketua Umum PBNU periode 2021-2026.
Yahya Cholil Staquf selain dikenal sebagai kiai NU juga bahkan pernah menjadi juru bicara (Jubir) presiden.
Dikutip dari Wikipedia, Yahya Cholil Staquf dikenal juga dengan sapaan Gus Yahya (lahir 16 Februari 1966) adalah ulama berkebangsaan Indonesia. Gus Yahya dikenal sebagai kiai, ulama dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan menjabat sebagai Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2015-2021.
Gus Yahya adalah saudara dari Menteri Agama RI KH. Yaqut Cholil Qoumas. Gus Yahya merupakan putra dari KH. Muhammad Cholil Bisri, salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Gus Yahya juga dikenal sebagai pengasuh pondok pesantren Roudlotut Tholibien, Leteh, Rembang, Jawa Tengah.
Untuk diketahui juga bahwa Yahya Cholil Staquf adalah putra (alm) KH Cholil Bisri, pengasuh Ponpes Raudlatut Thalibien Rembang, yang juga salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). KH Cholil Bisri adalah kakak kandung KH Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus, sehingga dengan demikian Yahya adalah kemenakan Gus Mus.
Dari berbagai sumber, berikut Klikanggaran.com kupas beberapa rekam jejak Gus Yahya yang sangat tidak sembarangan.
Gus Yahya dibesarkan dalam lingkungan pondok pesantren tradisional. Selain belajar langsung kepada ayah dan pamannya, Yahya juga sempat menjadi santri asuhan (alm) KH Ali Maksum di Krapyak, Yogyakarta. Saat itu Yahya menuntut ilmu di Jurusan Sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM).
Gus Yahya dibesarkan dalam lingkungan pondok pesantren tradisional yang mana dirinya belajar langsung kepada ayah dan pamannya. Gus Yahya juga sempat menjadi santri asuhan (alm) KH Ali Maksum di Krapyak, Yogyakarta dan kemudian menuntut ilmu di Jurusan Sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM).
Gus Yahya lalu bertolak ke Arab Saudi untuk mendalami ilmu agama. Yahya, yang semula hanya dikenal di kalangan santri, menjadi lebih moncer namanya ketika ditunjuk sebagai salah satu juru bicara (jubir) presiden para era pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Ketika Gus Yahya menjabat sebagai jubir Presiden, Yahya adalah sosok yang membacakan dekrit Presiden saat terjadi ketegangan politik antara Gus Dur dan DPR/MPR yang kemudian Dekrit itulah yang kemudian dijadikan trigger untuk melengserkan Gus Dur dari kursi kepresidenan oleh lawan-lawan politiknya melalui Sidang Istimewa MPR pada pertengahan 2001.
Baca Juga: Presiden Jokowi: Jadikan Masjid Tempat Membangun Persatuan dan Memperkokoh Ikatan Kebangsaan
Gus Yahya aktif di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kemudian pecah kongsi dengan kepengurusan PKB hasil Muktamar Semarang pada tahun 2005. Kemudian Gus Yahya lebih menekuni dunia keilmuan dengan kembali ke Ponpes Raudlatut Thalibien di Leteh, Rembang Kota, Kabupaten Rembang.