Setelah BGN Sebar 5000 Koki Profesional ke SPPG, Pemerintah Diingatkan: Perbaiki Sistem, Jangan Hanya Ganti Tenaga Dapur

photo author
- Sabtu, 11 Oktober 2025 | 18:43 WIB
Menyoroti langkah BGN menyebar 5000 koki profesional ke berbagai SPPG usai maraknya kasus keracunan massal MBG.  ((Instagram.com/@badangizinasional.ri))
Menyoroti langkah BGN menyebar 5000 koki profesional ke berbagai SPPG usai maraknya kasus keracunan massal MBG. ((Instagram.com/@badangizinasional.ri))

Evaluasi lintas kementerian pun terus berjalan, tidak hanya soal teknis dapur, tetapi juga rantai pasokan bahan pangan dan sistem distribusi.

“Program ini bagus untuk generasi sehat, generasi pintar, generasi emas negara Republik Indonesia,” tegas Aries.

Akar Masalah yang Tak Boleh Diabaikan

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama, mengingatkan agar investigasi tidak berhenti pada persoalan dapur semata.

Baca Juga: Riwayat Kelam Ammar Zoni: Dari Rehabilitasi Gagal hingga Terlibat Peredaran Narkoba di Balik Jeruji Rutan Salemba

Dari hasil pemeriksaan Laboratorium Kesehatan Jawa Barat, ditemukan penyebab dominan dalam kasus keracunan massal siswa, yaitu bakteri Salmonella dari makanan berprotein tinggi serta Bacillus cereus akibat penyimpanan nasi yang tidak tepat.

“Secara umum World Health Organization (WHO) menyebutkan setidaknya ada lima hal yang dapat dideteksi di laboratorium untuk menilai keracunan makanan,” kata Tjandra dalam keterangan resminya, Sabtu 27 September 2025.

Ia menegaskan bahwa sumber penyebab bisa berasal dari berbagai faktor, seperti kebersihan alat masak, kualitas air, hingga distribusi bahan mentah.

“Penjelasan umum WHO ini disampaikan hanya sebagai bagian dari kewaspadaan kita saja,” ujarnya.

Baca Juga: Uji Materi UU Hak Keuangan di MK: Pemohon Soroti Hak Pensiun Anggota DPR dan Ketimpangan dengan Guru Honorer

Fokus pada Perbaikan Sistem

Langkah cepat BGN menurunkan koki profesional dinilai tepat sebagai penanganan awal, tetapi belum cukup jika sistem pengawasan tidak diperkuat.

Menurut Tjandra, perbaikan mendasar diperlukan, terutama dalam pengawasan bahan baku, standardisasi dapur, dan distribusi makanan ke seluruh wilayah.

“Berbagai potensi yang disebut WHO ini tentu patut jadi pertimbangan kita, walau tentu sama sekali tidak berarti bahwa keracunan makanan selalu berhubungan dengan MBG,” terangnya.

Ia menambahkan, apabila bahan mentah dan sistem distribusinya masih tidak aman, maka risiko serupa tetap dapat terjadi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muslikhin

Sumber: Liputan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X