fiksi

Lelaki Air Mata Ikan

Rabu, 29 September 2021 | 20:18 WIB
Ilustrasi (pixabay)

WARNA air mata itu perlahan berubah merah membalut onggokan tubuh yang sudah tak berdaya. Akhirnya kami kembali terkapar mati dalam lautan darah. Kamu sang penjagal, berhentilah membunuhi kami. Suara itu terus menteror telinga Parmin, hingga tubuhnya bergetar, terhuyung-huyung lalu jatuh setelah kakinya terpeleset gumpalan lendir yang menelikung kakinya. Sorot matanya seperti ketakutan melihat pemandangan itu. Parmin berusaha bangkit ingin segera menjauh dari tempat itu.

Lelaki setengah baya itu menutup telinganya rapat-rapat sembari terus merangkak. Suara jerit kesakitan dan meminta tolong terdengar  jelas ditelinganya. Tak kuat melihat mayat yang bergelimpangan di depannya, Parmin berusaha menutup matanya dengan kedua piring yang sejak tadi berada diatas meja.

Tetapi piring kaca berwarna gelap itu bukannya mengalangi pemandangan itu, tetapi justru menjelma menjadi kaca pembesar. Hingga mayat-mayat itu seperti hidup kembali. Mereka bergerak-gerak disertai suara jeritan dan raungan yang menyayat dan memekakan telinga. Parmin tak kuat, nafasnya tersengal, tubuhnya kembali terhuyung dan jatuh tepat di depan pintu.

Hingga akhirnya sepasang tangan menuntunnya kembali ke kamar.

Sudah tak terhitung lelaki itu terjatuh. Sudah berapakali pula sepasang tangan mulus dengan lengan penuh gelang emas itu terus berusaha menolongnya. Wanita itulah yang dianggap Parmin telah menjadi dewi penolong saat peristiwa-peristiwa tragis itu terjadi.Neni  masih setia mendampingi Parmin meski tubuh suaminya itu terus melemah.

“Kang, rika kudu tetep urip. Cepet sembuh terus kerja maning, Usaha kita lagi murub kang. Lagi menuju kesuksesan” suara Neni memberi semangat suaminya yang terbaring di kasur. Parmin tak menjawab, sorot matanya masih kosong .

Meski tak bisa mengungkapkan, Parmin mengerti hampir genap sebulan ini istrinya cemas. Wanita yang mendampinginya delapan belas tahun lalu ini sangat bersemangat agar dia bisa segera sembuh. Neni yang usianya jauh terpaut dengan Parmin tampak sangat setia.

Wanita yang telah memberinya satu anak lelaki yang kini duduk di SMA itu berjuang bersama sejak masa pacaran hingga menikah. Parmin yang banyak duit itu menemukan Neni di lokasi karaoke. Seorang gadis pemandu lagu yang sedikit binal. Orang tua dan teman dekat Parmin sempat melarang berpacaran dengan gadis itu.

Kabarnya Neni tak sekedar pemandu lagu, tetapi juga kerap dibawa lelaki berduit. Neni diramalkan gak bakal mau menemani Parmin berjualan ikan di pasar. Wanita itu sepertinya lebih menyukai berada di ruang ruang gemerlap dan ber-AC.

Ternyata tidak. Neni malah sangat setia menemani Parmin di pasar. Bahkan wanita cantik berkulit kuning langsat itu sepertinya tak canggung membantu menangkapi ikan-ikan lele yang licin itu. Saat sedang banyak pembeli, Neni bahkan ikut mematikan ikan itu dengan cara memukul-mukul kepala lele.

Di samping kolam kecil di dalam los pojok pasar, tangan Parmin dan istrinya sangat akrab dengan alat pemukul terbuat dari batu yang kerap digunakan untuk memukul kepala ikan. Setelah ikan itu pingsan, kemudian di timbang dan dimasukan dalam kantong kresek. Para pembeli pun cukup mengikat kresek kuat-kuat agar ikan lele yang belum mati itu tak bisa keluar.

Begitulah seharian, suami istri ini mencari nafkah. Mereka boleh dibilang sukses. Salah satu yang tampak di mata adalah gelang, kalung dan cincin yang terlihat mencolok, apalagi jika sinar matahari tepat memantulkannya.  Para pelanggan pun begitu kagum melihat pasangan suami istri itu sangat kompak saat melayani para pembeli.

***

Tetapi kenapa Parmin tiba-tiba meminta berhenti menjadi penjagal ikan lele. Neni terkejut mengetahui keputusan yang mendadak itu. Parmin tiba tiba menjadi aneh dan menolak berjualan ikan lagi.  “Kang usaha kita ini lagi murub, lagi sukses, kenapa mandek, Kang,” pertanyaan Neni  itu sudah dilontarkan puluhan kali, tetapi Parmin tetap pada keputusannya.

Halaman:

Tags

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB