(KLIKANGGARAN) – Dalam dunia pasar modal, September kerap dipandang sebagai bulan yang kurang ramah bagi investor. Kondisi ini dikenal dengan istilah September Effect, di mana kinerja pasar saham secara historis cenderung lebih lemah dibandingkan bulan lain.
Catatan ekonomi global menunjukkan, hampir seabad lamanya, indeks saham Amerika Serikat (AS) kerap turun saat memasuki September.
“September telah lama menjadi bulan dengan kinerja terburuk di pasar saham,” tulis Investopedia dalam laporannya yang dikutip pada Jumat, 5 September 2025.
Meski demikian, pola ini tidak bisa dianggap sebagai kepastian. Dalam beberapa tahun tertentu, September justru mencatat hasil positif dan memberi keuntungan bagi pelaku pasar.
Hal ini membuat banyak analis menilai fenomena September Effect lebih sebagai anomali statistik ketimbang aturan baku pasar.
Data indeks S&P 500 dari periode 1928 hingga 2023 menunjukkan rata-rata penurunan di bulan September. Namun, jika melihat lebih dekat, median hasil justru memperlihatkan tren positif pada sejumlah tahun terakhir sejak 2014.
“Jika investor bertaruh melawan September selama 100 tahun terakhir, mereka memang untung. Namun, jika hanya melihat sejak 2014, hasilnya justru rugi.” demikian menurut laporan Investopedia.
Dengan kata lain, kesimpulan yang ditarik sangat bergantung pada periode analisis.
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan tren ini.
“Banyak yang percaya, setelah libur musim panas, investor kembali di September untuk mengamankan keuntungan, atau bahkan menjual saham demi kebutuhan biaya sekolah anak,” tulis Investopedia.
Selain itu, bulan ini bertepatan dengan penutupan kuartal ketiga. Investor institusional, termasuk pengelola reksa dana besar, kerap melepas saham demi mencatat laba atau memanfaatkan kerugian pajak. Kondisi ini menambah tekanan negatif di September.
Artikel Terkait
Utang BLBI BCA Jadi Sorotan: Saham Dilepas Rp10 Triliun, Negara Disebut Rugi Rp78 Triliun menurut Kwik Kian Gie
Kendati Berisiko Tinggi, Remaja Dinilai Perlu Belajar Investasi Kripto untuk Asah Literasi dan Skill Finansial di Era Digital
JP Morgan Prediksi IHSG Menguat Semester II 2025, Konsumsi Domestik dan Belanja Pemerintah Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi
Pakar: Generasi Milenial Lebih Sadar Dana Darurat Pasca Krisis 2008, Kini Lebih Cermat Atur Keuangan dan Siap Investasi
Inilah Alasan JP Morgan Prediksi Pasar Saham RI Cerah di Semester II 2025: Konsumsi Domestik hingga Suku Bunga Global